Angin bertiup lembut menyentuh
wajah Sischa, langit tampak cerah namun udara terasa sejuk. Mata Sischa lembab
dan bengkak karena menangis seharian , setiap kali ia memalingkan wajahnya dan
melihat kursi dipojok balkon rumahnya tiba – tiba saja muncul lagi bayangan
temannya ,Adel, yang sedang duduk sambil tersenyum . Setiap kali bayangan itu
muncul air mata Sischa pasti akan terjatuh lagi.
“icha ?” panggil ibu Sischa yang
khawatir melihat anaknya yang saat ini dalam kondisi down.
“Ibu , kenapa harus seperti ini
jadinya ?” Ucap Sischa sambil menangis didepan ibunya. Ibu Sischa pun langsung
memeluk anaknya lembut .
“Icha , ini sudah kehendak Tuhan
, nak . Kita sebagai manusia cuma bisa mendoakan , sudah sekarang kamu
istirahat.” Kata Ibu Sischa lembut penuh perhatian .
Dikamar , Sischa hanya duduk
diatas tempat tidurnya dengan memeluk boneka sapi yang pernah diberikan Adel
padanya. Matanya tak ada henti – hentinya meneteskan air mata , kini ia mencoba
memejamkan matanya mengingat semua kejadian sebelum perginya Adel , sahabatnya
.
# #
Adel duduk sendiri didepan
kelasnya , entah apa yang dipikirkannya. Matanya sayu seperti ingin menangis ,
tiba – tiba datang Ayu teman sekelasnya yang langsung duduk disebelahnya.
“Sendirian aja nih , Del ? nggak
kekantin ?” Tanya Ayu sambil membuka tempat bekalnya dan mengambil satu roti
isi selai kacang dan memakannya setelah ia menawarkannya pada Adel dan ditolak
Adel secara halus .
“Nggak .” Jawabnya sambil
tersenyum kecil. Lalu matanya mulai menyapu kesegala arah melihat suasana
istirahat disekolahnya ini. Saat ini
Adel duduk dibangku kelas XI di SMA negeri terbaik di Bontang. Ramai ! ucapnya dalam hati dan tanpa
sadar bibirnya kembali tersenyum kecil sampai akhirnya senyumnya menghilang
ketika melihat Sischa bersama dengan teman – teman sekelasnya yang baru kembali
dari kantin. Matanya kembali sayu dan dadanya terasa sesak seperti ingin
menangis , sebelum ia benar – benar akan menangis iapun dengan cepat
memalingkan wajahnya. Ayu yang melihat hal itu langsung menepuk lembut pundak
Adel sambil tersenyum seolah berkata sabar ya , Del. Adel yang mengerti dengan maksud baik Ayu pun
membalasnya dengan senyum kecil.
“Aku kedalam , ya.” Kata Adel
lalu berdiri dan pergi masuk kedalam kelas.
“Hai , Yu . Adel kenapa ? akhir –
akhir ini dia aneh.” Tanya Sischa pada Ayu setelah ia sampai didepan kelasnya.
“Iya , sekarang dia jarang bareng
kita . Marah ?” Timpal Laras mebenarkan kata – kata Sischa. Ayu hanya menjawab
dengan mengangkat bahunya , meskipun ia tahu bahwa Adel sedang sakit hati
karena suatu alasan yang tidak bisa ia katakana pada teman – temannya ini.
“Sudahlah , biarkan saja . Dia
memang seperti itu , aneh” Kata Sischa sedikit kesal karena tak mendapat
jawaban dari Ayu.
Lagi – lagi Adel meringis
kesakitan didalam kamarnya tangannya memegangi perutnya yang sakit luar biasa ,
tiba – tiba ia merasa mual dengan sigap ia langsung berlari kekamar mandi .
Saat keluar dari kamar mandi ibunya sudah berdiri didepannya dengan wajah
khawatir. Melihat wajah ibunya yang seperti itu Adel hanya tersenyum.
“Kamu harus dirawat , Adel ! ibu
tidak mau melihatmu begini terus. ” Kata ibu Adel sedikit kesal pada anaknya
itu.
“Adel nggak apa – apa , bu.
Jangan khawatir begitu, ini cuma maag . Adelkan sudah sering begini , oke.”
Jawab Adel ringan “kita kedepan , yuk . Masa didepan kamar mandi nggak enak
suasananya , hahaha” sambungnya sambil menggandeng tangan ibunya dan membawa
ibunya keruang depan.
# #
Sudah tiga hari Adel tidak masuk
sekolah , sejak dua minggu yang lalu Adel sering sekali pingsan sampai pada
puncaknya ia tidak masuk selama tiga hari. Banyak yang bertanya – tanya ada apa
dengan Adel , terutama teman sekelasnya . Yang mereka tahu Adel baik – baik
saja , tidak pernah sekalipun Adel mengeluh tentang keadaannya.
“Cha , kamu tau Adel kenapa ?”
tanya Ayu pada Sischa setelah guru yang mengajar kelas mereka keluar.
“Nggak tau , Yu. Kenapa ? Laras
tunggu aku.” Jawab Sischa cuek lalu pergi begitu saja meninggalkan Ayu
sendirian .
“Hmm , dia benar – benar berubah.
” kata Ayu pelan sesaat setelah Sischa pergi .
# #
Ketika membuka matanya Sischa
langsung menatap jam yang berada didinding kamarnya , matanya masih lembab dan
bengkak. Ia tidak bisa tidur sama sekali , setiap kali memejamkan mata wajah
Adel selalu terbayang – bayang. Dalam hatinya Sischa merasa menyesal namun juga
kesal karena sikapnya pada Adel sebelum sahabatnya itu pergi. Kenapa aku bodoh , Tuhan ? dia sahabatku
kenapa aku melupakannya ? ucapnya dalam hati, air matanya masih terus
keluar. Ia ingat saat ia menjenguk Adel untuk yang terakhir kalinya.
Saat itu hari minggu sekitar jam
11 pagi , Sischa bersiap – siap bersama ibunya akan pergi ke rumah sakit
menjenguk Adel. Sekitar 10 menit akhirnya mereka tiba dirumah sakit , Adel saat
itu dirawat diruangan tersendiri . Saat masuk kekamar itu , Sischa langsung
dapat melihat sahabatnya yang sedang terbaring lemah diatas tempat tidur dengan
selang infuse ditangan kirinya dan selang oksigen melingkar dihidungnya. Dada Sischa tiba – tiba saja sesak melihat
kondisi sahabatnya itu , tidak pernah ia sangka sahabatnya ternyata selama ini
menderita melawan kanker lambung yang dideritanya. Sischa melangkah pelan
mendekati ranjang tempat sahabatnya terbaring lemah. Senyum langsung mengembang
menghiasi bibir Adel saat melihat Sischa datang menjenguknya.
“Hai” sapa Adel lemah masih
dengan senyumannya.
“Hai , bagaimana keadaanmu ?”
balas Sischa , wajahnya terlihat sedih.
“Baik. Kenapa wajahmu begitu ?
kamu jadi terlihat jelek , Cha.” Kata Adel menjawab pertanyaan Sischa dengan
canda.
“Bohong. Kenapa , Del? Kenapa
kamu nggak cerita ke aku?” kata Sischa dengan suara bergetar.
“Karena aku nggak mau kamu
khawatir.” Jawab Adel ringan.
“Bohong.” Ucap Sischa sambil
menangis.
“Iya , aku berbohong . Aku marah
, kesal , jengkel , benci .. tidak aku tidak bisa membencimu. Aku hanya egois,
aku nggak mau kamu berubah. Tapi , sudahlah .. lupakan saja , aku hanya
berbohong.” Kata Adel lemah lalu berusaha tertawa. Sischa hanya diam memandang
Adel yang tertawa dipaksa .
“Maafkan aku.” Kata Sischa pelan
.
“Kamu tau persahabatan kita itu
sangat lemah jadi sangat mudah retak. Aku melepasmu , cha. Pergilah ! cari
sahabat yang lebih baik dari aku , jangan pernah merasa bersalah karena aku
menagis , oke.” Kata Adel tegas , Sischa
tahu pasti Adel serius. Suasana menjadi kaku dan hening setelah itu sampai
akhirnya Ibu Adel datang bersama dengan Ibu Sischa yang dari tadi diluar.
# #
Dua hari kemudian ..
Sischa sedang duduk termenung
ditempat duduknya , sampai handphonenya tiba – tiba bergetar tanda ada sms
masuk. Iapun segera membukanya , wajahnya seketika tegang dan shock setelah membaca
sms itu , teman – teman sekelas yang melihat ekspresi wajah Sischa seperti itu
langsung mendekatinya.
“Kenapa ? … ini nggak mungkin ..
KENAPA ??!!!??? ya , Allah .. ini nggak mungkin.” Ucap Sischa histeris , Ayu
yang baru saja membaca sms yang didapat Sischa langsung memeluk Sischa dan
menangis.
“Sabar , Cha .. sabar ..” katanya
dengan suara bergetar. Suara tangis mulai terdengar ketika satu demi satu tahu
apa isi sms yang didapat Sischa .
# #
Suasana duka mewarnai acara
pemakaman Adel , tangis jelas sekali menambah kental suasana duka saat itu. Tak
terkecuali Sischa , air matanya terus mengalir membasahi pipinya , rasa sesal
juga memenuhi dirinya ditambah lagi rasa bersalah juga ikut menambah beban yang
ia rasakan saat itu. Tak pernah ia sangka kalau Adel , sahabatnya, akan pergi
secepat itu . Tak sekalipun ia membayangkan kalau kata – kata Adel dua hari
yang lalu itu adalah pesan terakhir dari Adel untuknya. Aku melepasmu , cha. Pergilah ! kata – kata itu terus mengiang
ditelinga dan pikirannya saat ini. Pergilah! Katanya ? ucap Sischa dalam
hati mengulagi ucapan Adel padanya , maafkan
aku , Adel . Selamat jalan , Sahabatku ! ucapnya lagi dalam hati bibirnya
menyunggingkan senyum meskipun dalam hatinya ia merasa terluka sama seperti
yang dirasakan Adel , terluka karena kehilangan sahabatnya yang melupakan
dirinya hanya untuk teman – teman baru.
“Bagaimana kabarmu , Del ?” ucap
Sischa pelan saat ia memejamkan matanya .
# #
Tidak ada komentar:
Posting Komentar