Senin, 21 Juli 2014

[Cerpen] Senyum Luka


 
Angin bertiup lembut menyentuh wajah Sischa, langit tampak cerah namun udara terasa sejuk. Mata Sischa lembab dan bengkak karena menangis seharian , setiap kali ia memalingkan wajahnya dan melihat kursi dipojok balkon rumahnya tiba – tiba saja muncul lagi bayangan temannya ,Adel, yang sedang duduk sambil tersenyum . Setiap kali bayangan itu muncul air mata Sischa pasti akan terjatuh lagi.
“icha ?” panggil ibu Sischa yang khawatir melihat anaknya yang saat ini dalam kondisi down.
“Ibu , kenapa harus seperti ini jadinya ?” Ucap Sischa sambil menangis didepan ibunya. Ibu Sischa pun langsung memeluk anaknya lembut .
“Icha , ini sudah kehendak Tuhan , nak . Kita sebagai manusia cuma bisa mendoakan , sudah sekarang kamu istirahat.” Kata Ibu Sischa lembut penuh perhatian .
Dikamar , Sischa hanya duduk diatas tempat tidurnya dengan memeluk boneka sapi yang pernah diberikan Adel padanya. Matanya tak ada henti – hentinya meneteskan air mata , kini ia mencoba memejamkan matanya mengingat semua kejadian sebelum perginya Adel , sahabatnya .

# #
Adel duduk sendiri didepan kelasnya , entah apa yang dipikirkannya. Matanya sayu seperti ingin menangis , tiba – tiba datang Ayu teman sekelasnya yang langsung duduk disebelahnya.
“Sendirian aja nih , Del ? nggak kekantin ?” Tanya Ayu sambil membuka tempat bekalnya dan mengambil satu roti isi selai kacang dan memakannya setelah ia menawarkannya pada Adel dan ditolak Adel secara halus .
“Nggak .” Jawabnya sambil tersenyum kecil. Lalu matanya mulai menyapu kesegala arah melihat suasana istirahat disekolahnya ini.  Saat ini Adel duduk dibangku kelas XI di SMA negeri terbaik di Bontang. Ramai ! ucapnya dalam hati dan tanpa sadar bibirnya kembali tersenyum kecil sampai akhirnya senyumnya menghilang ketika melihat Sischa bersama dengan teman – teman sekelasnya yang baru kembali dari kantin. Matanya kembali sayu dan dadanya terasa sesak seperti ingin menangis , sebelum ia benar – benar akan menangis iapun dengan cepat memalingkan wajahnya. Ayu yang melihat hal itu langsung menepuk lembut pundak Adel sambil tersenyum seolah berkata sabar ya , Del.  Adel yang mengerti dengan maksud baik Ayu pun membalasnya dengan senyum kecil.
“Aku kedalam , ya.” Kata Adel lalu berdiri dan pergi masuk kedalam kelas.
“Hai , Yu . Adel kenapa ? akhir – akhir ini dia aneh.” Tanya Sischa pada Ayu setelah ia sampai didepan kelasnya.
“Iya , sekarang dia jarang bareng kita . Marah ?” Timpal Laras mebenarkan kata – kata Sischa. Ayu hanya menjawab dengan mengangkat bahunya , meskipun ia tahu bahwa Adel sedang sakit hati karena suatu alasan yang tidak bisa ia katakana pada teman – temannya ini.
“Sudahlah , biarkan saja . Dia memang seperti itu , aneh” Kata Sischa sedikit kesal karena tak mendapat jawaban dari Ayu.
Lagi – lagi Adel meringis kesakitan didalam kamarnya tangannya memegangi perutnya yang sakit luar biasa , tiba – tiba ia merasa mual dengan sigap ia langsung berlari kekamar mandi . Saat keluar dari kamar mandi ibunya sudah berdiri didepannya dengan wajah khawatir. Melihat wajah ibunya yang seperti itu Adel hanya tersenyum.
“Kamu harus dirawat , Adel ! ibu tidak mau melihatmu begini terus. ” Kata ibu Adel sedikit kesal pada anaknya itu.
“Adel nggak apa – apa , bu. Jangan khawatir begitu, ini cuma maag . Adelkan sudah sering begini , oke.” Jawab Adel ringan “kita kedepan , yuk . Masa didepan kamar mandi nggak enak suasananya , hahaha” sambungnya sambil menggandeng tangan ibunya dan membawa ibunya keruang depan.
# #
Sudah tiga hari Adel tidak masuk sekolah , sejak dua minggu yang lalu Adel sering sekali pingsan sampai pada puncaknya ia tidak masuk selama tiga hari. Banyak yang bertanya – tanya ada apa dengan Adel , terutama teman sekelasnya . Yang mereka tahu Adel baik – baik saja , tidak pernah sekalipun Adel mengeluh tentang keadaannya.
“Cha , kamu tau Adel kenapa ?” tanya Ayu pada Sischa setelah guru yang mengajar kelas mereka keluar.
“Nggak tau , Yu. Kenapa ? Laras tunggu aku.” Jawab Sischa cuek lalu pergi begitu saja meninggalkan Ayu sendirian .
“Hmm , dia benar – benar berubah. ” kata Ayu pelan sesaat setelah Sischa pergi .
# #
Ketika membuka matanya Sischa langsung menatap jam yang berada didinding kamarnya , matanya masih lembab dan bengkak. Ia tidak bisa tidur sama sekali , setiap kali memejamkan mata wajah Adel selalu terbayang – bayang. Dalam hatinya Sischa merasa menyesal namun juga kesal karena sikapnya pada Adel sebelum sahabatnya itu pergi. Kenapa aku bodoh , Tuhan ? dia sahabatku kenapa aku melupakannya ? ucapnya dalam hati, air matanya masih terus keluar. Ia ingat saat ia menjenguk Adel untuk yang terakhir kalinya.
Saat itu hari minggu sekitar jam 11 pagi , Sischa bersiap – siap bersama ibunya akan pergi ke rumah sakit menjenguk Adel. Sekitar 10 menit akhirnya mereka tiba dirumah sakit , Adel saat itu dirawat diruangan tersendiri . Saat masuk kekamar itu , Sischa langsung dapat melihat sahabatnya yang sedang terbaring lemah diatas tempat tidur dengan selang infuse ditangan kirinya dan selang oksigen melingkar dihidungnya.  Dada Sischa tiba – tiba saja sesak melihat kondisi sahabatnya itu , tidak pernah ia sangka sahabatnya ternyata selama ini menderita melawan kanker lambung yang dideritanya. Sischa melangkah pelan mendekati ranjang tempat sahabatnya terbaring lemah. Senyum langsung mengembang menghiasi bibir Adel saat melihat Sischa datang menjenguknya.
“Hai” sapa Adel lemah masih dengan senyumannya.
“Hai , bagaimana keadaanmu ?” balas Sischa , wajahnya terlihat sedih.
“Baik. Kenapa wajahmu begitu ? kamu jadi terlihat jelek , Cha.” Kata Adel menjawab pertanyaan Sischa dengan canda.
“Bohong. Kenapa , Del? Kenapa kamu nggak cerita ke aku?” kata Sischa dengan suara bergetar.
“Karena aku nggak mau kamu khawatir.” Jawab Adel ringan.
“Bohong.” Ucap Sischa sambil menangis.
“Iya , aku berbohong . Aku marah , kesal , jengkel , benci .. tidak aku tidak bisa membencimu. Aku hanya egois, aku nggak mau kamu berubah. Tapi , sudahlah .. lupakan saja , aku hanya berbohong.” Kata Adel lemah lalu berusaha tertawa. Sischa hanya diam memandang Adel yang tertawa dipaksa .
“Maafkan aku.” Kata Sischa pelan .
“Kamu tau persahabatan kita itu sangat lemah jadi sangat mudah retak. Aku melepasmu , cha. Pergilah ! cari sahabat yang lebih baik dari aku , jangan pernah merasa bersalah karena aku menagis , oke.”  Kata Adel tegas , Sischa tahu pasti Adel serius. Suasana menjadi kaku dan hening setelah itu sampai akhirnya Ibu Adel datang bersama dengan Ibu Sischa yang dari tadi diluar.
# #
Dua hari kemudian ..
Sischa sedang duduk termenung ditempat duduknya , sampai handphonenya tiba – tiba bergetar tanda ada sms masuk. Iapun segera membukanya , wajahnya seketika tegang dan shock setelah membaca sms itu , teman – teman sekelas yang melihat ekspresi wajah Sischa seperti itu langsung mendekatinya.
“Kenapa ? … ini nggak mungkin .. KENAPA ??!!!??? ya , Allah .. ini nggak mungkin.” Ucap Sischa histeris , Ayu yang baru saja membaca sms yang didapat Sischa langsung memeluk Sischa dan menangis.
“Sabar , Cha .. sabar ..” katanya dengan suara bergetar. Suara tangis mulai terdengar ketika satu demi satu tahu apa isi sms yang didapat Sischa .
# #
Suasana duka mewarnai acara pemakaman Adel , tangis jelas sekali menambah kental suasana duka saat itu. Tak terkecuali Sischa , air matanya terus mengalir membasahi pipinya , rasa sesal juga memenuhi dirinya ditambah lagi rasa bersalah juga ikut menambah beban yang ia rasakan saat itu. Tak pernah ia sangka kalau Adel , sahabatnya, akan pergi secepat itu . Tak sekalipun ia membayangkan kalau kata – kata Adel dua hari yang lalu itu adalah pesan terakhir dari Adel untuknya. Aku melepasmu , cha. Pergilah ! kata – kata itu terus mengiang ditelinga dan pikirannya saat ini.  Pergilah! Katanya ? ucap Sischa dalam hati mengulagi ucapan Adel padanya , maafkan aku , Adel . Selamat jalan , Sahabatku ! ucapnya lagi dalam hati bibirnya menyunggingkan senyum meskipun dalam hatinya ia merasa terluka sama seperti yang dirasakan Adel , terluka karena kehilangan sahabatnya yang melupakan dirinya hanya untuk teman – teman baru.
“Bagaimana kabarmu , Del ?” ucap Sischa pelan saat ia memejamkan matanya .
# #

Tidak ada komentar:

Posting Komentar