Rabu, 30 Juli 2014

[Cerber] Natural part.2



… Kenyataan …

                    Hari ini benar – benar hari yang berat , tiga mata pelajaran ulangan semua ditambah lagi kata – kata kak Adis semalam selalu berputar – putar dalam otakku .. aakh ! aku muak rasanya kalau harus seperti ini sekali lagi aku disadarkan untuk mencari sebuah kenyataan . Yang mana aku tau kenyataan itu pasti amat sangat menyakitkan . Yaahh .. seperti yang kita tau suatu tindakan bodoh bersahabat dengan orang yang kita suka , kenapa ? karena menyiksa .. amat sangat tersiksa , oke ! mungkin bukan secara fisik tapi mental , pikiran dan juga perasaan . Aku lelah seperti ini , bertahun – tahun bertahan dengan status sahabat –oke .. garis bawahi dan ingat baik – baik “SAHABAT”- yang tak pernah menanjak naik menjadi yang lebih berkomitmen , satu kata yang aku tahu cocok untukku “BODOH”.

                     Aku duduk termenung didalam kelas sementara yang lain sibuk mem-freshkan fikiran mereka setelah ulangan tadi , yang benar – benar tanpa jeda –Wooww ! Amazing ..-dan tanpa ampun . Sischa yang baru datang dari kantin dan membawa banyak sekali snack menawarkannya padaku yang kutolak dengan halus.

“Kenapa sih kamu , Del ? Cerita .. cerita ..” dengan gayanya yang sok orang tua “Ahhh .. masih stress mikirin ulangan tadi yaa? udahlaahh , lupain aja .. ” sambungnya sambil membuka snack yang dibawanya
“nggak papa , Sis .. cuma lagi nggak mood aja”
“Laah , nggak mood kok nggak papa ?”
“Udah ah , Sis .. nggak mau bahas itu . Gimana dengan Ilham ?” menghadapkan badanku pada Sischa
“Nggak ada yang berubah .. masih gitu – gitu aja , bosen juga lama – lama ..” ucapanya sambil mengingat perjuangannya untuk dekat dengan Ilham. Akhirnya, Sischa jadi bercerita tentang hubungannya dengan Ilham yang masih belum berkembang juga dengan berbagai ekspresi wajah mulai dari senang , malu – malu , sedih bahkan sampai yang membuatnya tertawa . aku hanya tersenyum mendengarkan semua ceritanya dan terfikir tentang aku dan Dio dimana hubungan kami yang sangat dekat ini –alias SABAHAT- bahkan hampir seperti saudara kandung membuatku menyesal kenapa harus sahabatan ? kenapa nggak jadi pacarnya aja ? tapi disisi lain aku sangat senang dengan hubungan kami sekarang karena “mungkin” kalau hubungan kami adalah pacaran mungkin udah dari empat tahun yang lalu kami putus atau bisa juga nggak sih . Tapi , namanya pacaran ala anak sekolahan jarang ada yang awet –maklum cinta monyet- .

                       Kerena kak Adis nggak bisa jemput aku maka mas Robby yang jemput , kaget juga waktu liat mobil mas Robby yang datang sempat mikir juga mungkin  kak Adis lagi sama mas Robby ternyata nggak . Ya sudah deh .. jadinya aku pulang sama mas Robby sempet jadi tontonan sih maklum mas Robby biarpun udah usia 28 tahun tapi mukanya masih kayak usia dibawah 23 –orang kaya sih .. jadi awet muda hahaha- . Sepanjang perjalanan pulang aku hanya diam , hal itu membuat mas Robby bingung karena biasanya aku lumayan gaduh dan mampu membuat ribut tapi tiba – tiba malah jadi kalem dan adem ayem.
 “Sakit , Del ?” tanya mas Robby yang memecahkan kesunyian
“yaa , oohh .. nggak mas . Cuma lagi bad mood aja , habis hari ini dihajar sama ulangan tiga pelajaran berturut – turut .. susah lagi !” jawabku
Mas Robby tertawa mendengar aku yang tiba – tiba curcol –curhat colongan- yang alhasil membuat suasana yang tadi sunyi jadi rame “hahaha .. udahlah , Del . Dibawa santai aja .. jangan jadiin beban ntar malah bikin stress ” nasihat mas Robby padaku yang kusambut dengan anggukan . Lalu sepanjang perjalan pulang aku banyak mendengar cerita mas Robby waktu diSidney dan rencananya akan keJepang dua minggu lagi untuk bertemu dengan rekan bisnisnya disana. Aku hanya bisa kagum mendengar cerita – cerita calon kakak iparku ini , bahkan aku sempat merasa sangat beruntung karena aku akan punya kakak ipar yang hebat kayak mas Robby.

                      Begitu sampai rumah aku sempat menawarkan mas Robby untuk mampir karena ibu pasti senang kalau mas Robby datang. Tapi , karena mas Robby harus menjemput kakaknya yang katanya lagi dirumah sakit karena harus menjenguk ibu mertuanya yang lagi sakit , tapi mas Robby bilang mungkin nanti malam dia bakal kesini .
“Makasih mas , udah mau direpotin .” ucapku begitu turun dari mobil dan menutup pintu mobil.
“iyaa , no problem .. salam buat ibu ya , Del. Mas pulang ya , assalamualaikum” dengan senyum manisnya
“walaikumsalam .. hati – hati , mas” lalu mobilnya mulai melaju dan aku segera berlari kecil masuk kedalam rumah .



                       Seminggu sudah setelah cerita heboh tentang putusnya Dio dengan Laras , kini datang berita baru tentang kedekatan Dio dengan Anisa kakak kelas kami . Banyak yang mulai berkomentar tentang betapa serasinya Dio dengan kak Anisa atau kenapa Dio nggak dari dulu aja pacaran dengan kak Anisa , dll .. tapi dari cerita yang yang aku dengar dari Dio , dia nggak berminat pacaran dengan kak Anisa karena buatnya kak Anisa hanya kakak kelas yang dia kagumi nggak lebih . Bahkan dia sedang PDKT dengan anak SMAN 2 namanya Kamila Putri Raditya dan dia bilang dia sudah berniat akan nembak puput –nama panggilan Kamila Putri Raditya- dalam minggu – minggu ini. Wah , sakit banget dengernya . Tapi , karena sudah professional aku sudah lebih jago mengendalikan rasa sakitnya –satu lagi kenyataan bahwa aku dan Dio ditakdirkan sebagai sahabat dan nggak mungkin apa yang aku rasakan ini akan terbalas-meski begitu tetap saja aku merasa kesal meski hanya sedikit .. benar – benar sedikit.

                       Dan kemarin berita heboh mulai tersebar disekolahku . Yup , berita tentang Dio yang pacaran dengan Puput , banyak yang kaget bahkan bisa dibilang semua kecuali aku –secara aku yang jadi tempat curhatnya - . Sampai – sampai banyak yang mendatangiku menanyakan perihal berita tersebut aku hanya bisa menjawab dengan mengangkat bahu dan tersenyum penuh makna –bukan nggak tau yaa .. cuma males aja kalau harus menjawab “iya” ntar yang ada malah diintrogasi lagi- atau justru malah menghindar bila ada yang ingin bertanya. Aku bisa melihat kekecewaan pada wajah anisa , yah .. namanya juga udah jadi bahan obrolan , udah dipuji – puji bahkan sudah diprediksikan akan pacaran dengan Dio tapi ternyata Dio malah pacaran sama cewek lain –andai dia tau perasaanku juga sama bedanya orang hanya tau aku sahabatnya Dio- . Saat pulang sekolah , Dio menghampiriku untuk memberitahu bahwa dia ingin mengajak ceweknya kerumahku nanti malam .
“Hah ? buat apa ?” tanyaku bingung
“Biar dia tau kamu itu sahabatku , jadi ntar nggak cemburu berlebihan kekamu. Oke”
“Yaa , terserah kamu ajalah .. aku nggak bisa berkomentar” Ucapku agak kesal sambil berdiri dan berjalan keluar kelas yang diikuti Dio dari belakang.
“Kamu kenapa , Del ? Kok .. jadi judes gini sih ? lagi PMS yaa ?”
Aku menghentikan langkaku dan berbalik kearahnya , diam sesaat “kamu taulah..” aku menggantungkan kalimatku “.. masalahnya ” lalu berbalik dan pergi meninggalkan Dio dengan wajah bingungnya. Gila aja , siapa yang nggak kesel coba ? dia itu nggak mikir ya .. bawa pacarnya kerumah ? memangnya aku ini emaknya apa! Dasar Dio .. omelku dalam hati.

                        Malamnya , Dio bener – bener muncul membawa cewek barunya kerumah . Suasana hatiku bener – bener buruk hari ini , tapi mau nggak mau aku harus bersikap manis dan menunjukkan bahwa aku adalah sahabat Dio yang paling baik. Malam ini benar – benar terasa panjang dan membosankan dan menjengkelkan. Tapi , cewek Dio yang kali ini kunilai lebih kalem dan lebih ramah dari yang dulu – dulu membuat aku jadi sedikit menerima hubungan Dio dengan Puput.
“Udah jam 10 nih , Del . Aku pulang ya .. nggak enak sama ortunya Puput” Pamit Dio padaku sambil berdiri yang diikuti Puput.
“Oh .. iya . Untung kamu masih ingat tanggung jawab hahaha” candaku yang disambut tawa Dio dan senyum Puput.
“Kamu ini , Del .. yaudah deh , Om , Tante , kak Adis saya pamit pulang ” Pamit Dio pada keluargaku yang sedang berkumpul diruang tengah yang dibalas ramah oleh ayah , ibu dan kak Adis . Setelah itu aku mengantar mereka keteras . Saat Dio menyalakan motornya aku sempat berbincang sebentar dengan Puput sebelum dia pergi. Puput berkata bahwa ia iri padaku yang bisa bersahabat baik dengan Dio tanpa ada rasa cinta didalamnya , aku sempat sedikit kaget dan terdiam mendengarnya tapi aku cepat bereaksi dengan mengatakan udah kebal sama Dio karena terlalu lama berteman jadi udah nggak ada deh rasa suka , Puput terlihat lega mendengar jawabanku sementara aku merasa menjadi orang munafik yang menyembunyikan kenyataan bahwa aku “JATUH CINTA” pada Dio dari sebelum kami bersahabat. Lalu Dio berpamitan sekali lagi sebelum pergi mengantar Puput pulang.
“iya .. Hati - hati” ucapku lalu Dio pergi mengantar puput pulang. Aku benar – benar jadi orang munafik hari ini ! makiku dalam hati.




                            Hari ini suasana rumah sangat gaduh dan ramai karena ada acara keluarga atau lebih tepatnya acara temu keluarga dengan keluarga mas Robby yang datang dari Jakarta –ini adalah pertemuan yang keempat untuk ukuran keluarga besar setelah acara lamaran tiga bulan yang lalu dan dua pertemuan lainya- . Katanya sih mau membahas masalah pertunangan yang akan dilaksanakan tanggal 15 desember , bulan depan. Ibu , ibunya mas Robby , dan mbak Alin –kakaknya mas Robby- sedang sibuk didapur menyiapkan makanan untuk nanti siang sementara ayah dan ayahnya mas Robby sedang asyik berbincang dihalaman belakang tepatnya dipondok kecil dekat kolam ikan ayah dan aku sedang sibuk ngurusin anaknya mbak Alin yang masih kecil – kecil. Aahh .. rasanya kepalaku mau pecah menghadapi tingkah laku Nino dan Nindi –anak dari mbak Alin yang kebetulan kembar- yang tidak bisa diam dari tadi , ada saja yang dikerjain tapi tidak ada satupun yang sampai selesai sudah ditinggal dan pindah ke yang lain . Karena sudah tidak tahan lagi aku mengambil hp-ku yang ada dikamar dan segera menekan angka 4 tak lama kemudian muncul nama Dio dilayar yang berarti aku sudah mulai terhubung dengannya .
“Ya , Del . Ada apa ?” Suara Dio agak sedikit teriak
“Kamu lagi jalan sama puput ya ? oh , nggak jadi deh ..” ucapku sedikit terburu – buru karena harus memegangi Nindi yang ingin berlari kearah jalan
“nggak kok .. aku cuma habis ngantar ibu kerumahnya mbak Ayu. Kenapa?” suara kendaraan terdengar disela – sela suara Dio
“Bantuin aku ? ngurusin Nindi sama Nino .. Eeeh .. Nino jangan manjat .. ” teriakku pada Nino yang mencoba memanjat pagar “eh … maaf , yo . Aduuhh .. please yo .. emergency banget nih … ” ucapku sedikit memaksa terdengar  suara tertawa Dio dari seberang
“Iyaa .. tunggu bentar , aku sudah deket kok .. bye” lalu menutup telponnya , sekitar lima menit kemudian Dio tiba dirumahku yang berbarengan dengan kedatangan mas Robby dan kak Adis yang baru saja mengurusi masalah pembuatan undangan dan urusan gedung untuk acara pernikahannya nanti. Aku langsung berlari keluar begitu melihat Dio yang baru saja melepas helmnya .
“Cepetan ..” lalu menarik Dio masuk kedalam yang membuat Dio hampir jatuh dan kemudian  ditertawakan mas Robby dan kak Adis.
“Sabar atuh , neng .. buru – buru amat sih ”
“Tuh .. urusin ” kataku sambil menunjuk Nino dan Nindi yang sedang merobek – robek majalah bekas yang berhasil mereka ambil dari garasi mobil –berhubung rumahku nggak ada gudang jadi alhasil garasi mobil pun jadi , meski hanya memanfaatkan sudutnya saja- sampai tak jelas lagi bentuknya.
“Sabar aja , yo ..  Adel memang nggak telaten , bukan calon ibu yang baik .. hahaha” ejek kakakku padaku yang disambut suara tawa mas Robby dan Dio
“nggak papa , kak .. akukan orangnya pengertian ” jawab Dio sambil melangkah mendekati Nindi dan Nino
“Lagian aku jadi ibu juga masih lama .. wajar dong ? kalau belum telaten ” ucapku kesel
“Ya udah .. nggak usah cemberut gitu mukanya ” mas Robby mencubit pipi kiriku yang kusambut dengan senyum yang terpaksa. Setelah kak Adis dan mas Robby menghilang ke arah dapur aku duduk diantara serakan bantal – bantal besar yang biasa digunakan untuk bersantai diruang tengah sambil melihat Dio yang sudah berhasil membuat Nindi dan Nino diam alias menjadi adem ayem dengan menemani mereka membuat berbagai bentuk origami menggunakan kertas – kertas majalah yang dirobek Nindi dan Nino tadi. Wooww .. pastinya nggak bakal ada yang mengira bahwa Dio adalah cowok yang sangat menyukai anak kecil , satu kenyataan yang mampu membuatku kagum padanya karena untuk ukuran cowok playboy kayak Dio rasanya mustahil mempunyai sisi yang baik seperti ini . In times like this he could be the best … sangat bisa diandalkan .

                           Jam sudah menunjukan pukul 12.45 WITA dan kedua “perusuh” kecil itu sudah tertidur pulas setelah lelah bermain . Dio berdiri dan melakukan gerakan merenggangkan otot lalu berjalan kearahku .
“Tugasku selesai …” duduk disampingku dan mengambil bantal yang aku peluk lalu memeluknya
“Makasih yaa … nggak tau deh kalau nggak ada kamu , mungkin aku yang terbaring pulas disitu sedangkan mereka masih sibuk berlarian ” sambil menunjukkan senyum tulus ucapan terima kasihku pada Dio
“Hmm .. nggak masalah”
“Adel , Dio .. ayo makan , makanannya udah siap .” Panggil kakakku dari halaman belakang lalu aku dan Dio segera berdiri dan berjalan perlahan agar Nindi dan Nino tidak terbangun. Suasana begitu hangat dan akrab bahkan Dio yang baru ini bertemu dengan ayahnya mas Robby langsung bisa akrab . Aku hanya tersenyum melihatnya menanggapi semua percakapan ayah dan ayahnya mas Robby tentang ikan –karena untuk informasi Dio itu maniak mancing jadi sedikit banyak dia mengetahui tentang ikan bahkan ikan hias sekelas ikan arwana -, sehingga rasanya Dio sudah masuk dalam daftar keluarga kami. Satu lagi kenyataan yang aku lihat , Dio adalah orang yang cepat akrab dengan orang baru alias ramah.



                            Malam ini , bintang kelihatan banyak sekali . Rasanya senang bisa bersantai setelah kesibukan tadi siang dan hari ini aku mulai banyak berfikir tentang Dio , seorang sahabat yang selalu ada buatku kapanpun dan dimanapun . Kalau difikir – fikir hubungan seperti ini sangat tidak mengenakkan untukku , bagaimana tidak ? aku tidak bisa berbohong bahwa semakin banyak aku dapat perhatian Dio aku merasa aku adalah orang yang spesial buatnya dan membuat aku menjadi semakin tidak bisa melupakan apa yang aku rasakan padanya yang hampir empat tahun ini. Wooww .. itu rasanya benar – benar waktu yang tidak sebentar untuk dikatakan sebagai cinta monyet alias hanya untuk main – main . Menurutku itu jauh dari kata itu , oke .. ku akui dia memang bukan cinta pertamaku tapi bisa saja dia jadi yang terakhir buatku , itu mungkin sajakan . Berbagai pendapat tentang hubunganku dengan Dio yang selalu jalan ditempat alias “Sahabat” terus bermunculan dalam otakku . sampai akhirnya suara kak Adis membuyarkan semuanya .
“Hari ini menyenangkan ?” senyum kak Adis penuh makna
“Lumayan ..” jawabku menggantung tapi tak ku lanjutkan
“Nggak mungkin hanya ‘lumayan’ .. kakak tau kok apa yang ada dalam hatimu , Del” ceramah singkat kakakku
“Tapi , saat ini yang aku rasa ya ‘lumayan’ itu .. entah apa juga maksudku , tapi aku hanya mencoba melihat kenyataan yang ada aja .. dan mencari kejelasan” mataku menatap langit yang dipenuhi bintang lalu memandang kakakku yang terlihat bingung dengan apa yang kukatakan
“Kejelasan apa ?” tanya kakakku
“entahlah kak .. aku juga nggak tau ” jawabku ragu
“Kamu ragukan , Del ?”
“Ragu ? … buat apa kak ?”
“Ragu kalau nggak akan ada kemungkinan bahwa perasaanmu suatu saat akan terbalas ? iya ? ” tebak kakakku “Tapi , kita nggak akan pernah tau kenyataannya yang akan datang kan , Del ? ” sambung kakakku
“kenyataannya …..” aku terdiam mencoba mencerna kata – kata kak Adis “mungkin nggak akan pernah sampai pada titik yang aku harapin kak .”
“Titik apa ? kalian pacaran ?” tembak kakakku langsumg kesasaran
“Nggak .. bukan itu …” aku mulai bingung dengan keinginanku sendiri “.. udahlah .. aku hanya mau menunggu apa yang akan terjadi nanti ” ucapku putus asa
“Berapa lama ? 1 tahun , 2 tahun atau …. 10 tahun atau seumur hidupmu? Mau sampai kapan , Del ? kamu udah 4 tahun mununggu ? itu waktu yang nggak sebentar .. apa kamu mulai merasa bahwa dia itu tujuan hidupmu ? begitu ? ini gila , Del ! nggak ada orang yang seperti kamu .. menunggu untuk hanya untuk disakiti” nada suara kakakku agak meninggi
“Aku tau .. aku tau .. tapi , aku melihat kenyataannya kak .. dan kenyataan itu nggak pernah menggiringku ke titik yang aku harapin .. udahlah kak .. aku malas berdebat …” aku berdiri dari dudukku dan meninggalkan kakakku yang duduk sendiri dipondok . Aku pergi kekamarku dan langsung duduk diujung tempat tidur memikirkan semua kata – kata kakakku barusan . Dia ada benarnya , aku sudah terlalu lama menunggu . Kemana kenyataannya akan membawaku ?  



                               Dio menatapku bingung mungkin lebih tepatnya tak percaya dan kaget –entahlah aku tak tau lagi tatapan apa itu-, dia merasa bahwa suatu hal yang nggak masuk akal seorang Adella Maharani Triyasono menyatakan perasaannya pada seorang Dio Ananda Hadipurwanto sementara selama ini aku –orang yang sedang ditatapnya dengan tatapan yang tak dapat dijelaskan- adalah sahabatnya sejak SMP yang tak pernah sekalipun terlihat memiliki rasa terhadapnya ternyata berbeda 180 derajat dari yang dibayangkannya . Dia terlihat berusaha melihat seisi ruang kelas yang kosong karena para penghuninya sudah pulang kerumah mereka masing – masing lalu memandangku seolah berkata “yang – benar – saja ?”. Jantungku rasanya tak bisa berhenti semakin lama justru semakin cepat saja , aku benar – benar bisa merasakan bahwa Dio yang saat ini ada didepanku merasa nggak nyaman dengan situasi ini .
“Del ..” Dio menggantung kata – katanya lama sekali sampai akhirnya dilanjutkannya “.. kamu tau .. apa yang sudah kamu rusak ?” dadaku terasa sakit mendengar kata – kata Dio , aku terdiam berusaha berfikir atau setidaknya terlihat seperti orang yang sedang berfikir
“Maaf yo .. aku .. ” aku tak bisa menyambung kalimatku karena air mataku mulai keluar Dio masih menatapku dengan pandangan yang tidak biasa , pandangan yang mengisaratkan bahwa dia tidak menyukai apa yang aku lakukan ini “aku .. aku .. ”
“Sudahlah , Del ..” potong Dio “.. lupakan semuanya dan jangan pernah berharap lebih .. kamu bahkan sudah merusak persahabatan kita .. ”

                                 Tangisku mulai pecah ketika aku mendengar kata – kata Dio barusan . Ya .. aku tau aku sudah seperti penguntit yang diam – diam menyukainya . Aku bisa merasakan ketidak nyamanannya. Tapi ,aku tidak bisa lebih lama lagi memendam perasaanku yang sudah berjalan 4 tahun ini atau aku bisa mati karenanya.
“Aku tau .. aku bodoh tapi ..” aku berusaha berbicara setegar mungkin “kamu harusnya paham bila kamu ada diposisiku , yo ..” aku mulai menangis lagi
“Lupakan , Del .. lupakan .. semuanya nggak akan sama lagi seperti dulu ” ucapnya tegas “ini kenyataan yang harus kamu hadapi .. aku bukan ditakdirkan untukmu .. ” kata – katanya terasa langsung menusuk tepat kearah jantungku yang membuat aku menahan nafas dan membuat kakiku lemas terasa tak bertulang hingga akhirnya aku terjatuh dan hanya bisa meratapi punggung Dio yang pergi meninggalkanku sendiri dalam sedihku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar