…
Kenyataan …
Hari ini
benar – benar hari yang berat , tiga mata pelajaran ulangan semua ditambah lagi
kata – kata kak Adis semalam selalu berputar – putar dalam otakku .. aakh ! aku
muak rasanya kalau harus seperti ini sekali lagi aku disadarkan untuk mencari
sebuah kenyataan . Yang mana aku tau kenyataan itu pasti amat sangat
menyakitkan . Yaahh .. seperti yang kita tau suatu tindakan bodoh bersahabat
dengan orang yang kita suka , kenapa ? karena menyiksa .. amat sangat tersiksa
, oke ! mungkin bukan secara fisik tapi mental , pikiran dan juga perasaan .
Aku lelah seperti ini , bertahun – tahun bertahan dengan status sahabat –oke ..
garis bawahi dan ingat baik – baik “SAHABAT”- yang tak pernah menanjak naik
menjadi yang lebih berkomitmen , satu kata yang aku tahu cocok untukku “BODOH”.
Aku
duduk termenung didalam kelas sementara yang lain sibuk mem-freshkan fikiran
mereka setelah ulangan tadi , yang benar – benar tanpa jeda –Wooww ! Amazing
..-dan tanpa ampun . Sischa yang baru datang dari kantin dan membawa banyak
sekali snack menawarkannya padaku yang kutolak dengan halus.
“Kenapa sih kamu , Del ? Cerita .. cerita ..” dengan gayanya yang
sok orang tua “Ahhh .. masih stress mikirin ulangan tadi yaa? udahlaahh ,
lupain aja .. ” sambungnya sambil membuka snack yang dibawanya
“nggak papa , Sis .. cuma lagi nggak mood aja”
“Laah , nggak mood kok nggak papa ?”
“Udah ah , Sis .. nggak mau bahas itu . Gimana dengan Ilham ?”
menghadapkan badanku pada Sischa
“Nggak ada yang berubah .. masih gitu – gitu aja , bosen juga lama
– lama ..” ucapanya sambil mengingat perjuangannya untuk dekat dengan Ilham.
Akhirnya, Sischa jadi bercerita tentang hubungannya dengan Ilham yang masih
belum berkembang juga dengan berbagai ekspresi wajah mulai dari senang , malu –
malu , sedih bahkan sampai yang membuatnya tertawa . aku hanya tersenyum
mendengarkan semua ceritanya dan terfikir tentang aku dan Dio dimana hubungan
kami yang sangat dekat ini –alias SABAHAT- bahkan hampir seperti saudara kandung
membuatku menyesal kenapa harus sahabatan ? kenapa nggak jadi pacarnya aja ?
tapi disisi lain aku sangat senang dengan hubungan kami sekarang karena
“mungkin” kalau hubungan kami adalah pacaran mungkin udah dari empat tahun yang
lalu kami putus atau bisa juga nggak sih . Tapi , namanya pacaran ala anak
sekolahan jarang ada yang awet –maklum cinta monyet- .
Kerena
kak Adis nggak bisa jemput aku maka mas Robby yang jemput , kaget juga waktu
liat mobil mas Robby yang datang sempat mikir juga mungkin kak Adis lagi sama mas Robby ternyata nggak .
Ya sudah deh .. jadinya aku pulang sama mas Robby sempet jadi tontonan sih
maklum mas Robby biarpun udah usia 28 tahun tapi mukanya masih kayak usia
dibawah 23 –orang kaya sih .. jadi awet muda hahaha- . Sepanjang perjalanan
pulang aku hanya diam , hal itu membuat mas Robby bingung karena biasanya aku
lumayan gaduh dan mampu membuat ribut tapi tiba – tiba malah jadi kalem dan
adem ayem.
“Sakit , Del ?” tanya mas Robby yang memecahkan kesunyian
“yaa , oohh .. nggak mas . Cuma lagi bad mood aja , habis hari ini
dihajar sama ulangan tiga pelajaran berturut – turut .. susah lagi !” jawabku
Mas Robby tertawa mendengar aku yang tiba – tiba curcol –curhat
colongan- yang alhasil membuat suasana yang tadi sunyi jadi rame “hahaha ..
udahlah , Del . Dibawa santai aja .. jangan jadiin beban ntar malah bikin
stress ” nasihat mas Robby padaku yang kusambut dengan anggukan . Lalu
sepanjang perjalan pulang aku banyak mendengar cerita mas Robby waktu diSidney
dan rencananya akan keJepang dua minggu lagi untuk bertemu dengan rekan
bisnisnya disana. Aku hanya bisa kagum mendengar cerita – cerita calon kakak
iparku ini , bahkan aku sempat merasa sangat beruntung karena aku akan punya
kakak ipar yang hebat kayak mas Robby.
Begitu sampai rumah aku sempat menawarkan mas Robby untuk mampir karena
ibu pasti senang kalau mas Robby datang. Tapi , karena mas Robby harus
menjemput kakaknya yang katanya lagi dirumah sakit karena harus menjenguk ibu
mertuanya yang lagi sakit , tapi mas Robby bilang mungkin nanti malam dia bakal
kesini .
“Makasih mas , udah mau direpotin .” ucapku begitu turun dari
mobil dan menutup pintu mobil.
“iyaa , no problem .. salam buat ibu ya , Del. Mas pulang ya ,
assalamualaikum” dengan senyum manisnya
“walaikumsalam .. hati – hati , mas” lalu mobilnya mulai melaju
dan aku segera berlari kecil masuk kedalam rumah .
Seminggu sudah setelah
cerita heboh tentang putusnya Dio dengan Laras , kini datang berita baru
tentang kedekatan Dio dengan Anisa kakak kelas kami . Banyak yang mulai
berkomentar tentang betapa serasinya Dio dengan kak Anisa atau kenapa Dio nggak
dari dulu aja pacaran dengan kak Anisa , dll .. tapi dari cerita yang yang aku
dengar dari Dio , dia nggak berminat pacaran dengan kak Anisa karena buatnya
kak Anisa hanya kakak kelas yang dia kagumi nggak lebih . Bahkan dia sedang
PDKT dengan anak SMAN 2 namanya Kamila Putri Raditya dan dia bilang dia sudah
berniat akan nembak puput –nama panggilan Kamila Putri Raditya- dalam minggu –
minggu ini. Wah , sakit banget dengernya . Tapi , karena sudah professional aku
sudah lebih jago mengendalikan rasa sakitnya –satu lagi kenyataan bahwa aku dan
Dio ditakdirkan sebagai sahabat dan nggak mungkin apa yang aku rasakan ini akan
terbalas-meski begitu tetap saja aku merasa kesal meski hanya sedikit .. benar
– benar sedikit.
Dan
kemarin berita heboh mulai tersebar disekolahku . Yup , berita tentang Dio yang
pacaran dengan Puput , banyak yang kaget bahkan bisa dibilang semua kecuali aku
–secara aku yang jadi tempat curhatnya - . Sampai – sampai banyak yang
mendatangiku menanyakan perihal berita tersebut aku hanya bisa menjawab dengan
mengangkat bahu dan tersenyum penuh makna –bukan nggak tau yaa .. cuma males
aja kalau harus menjawab “iya” ntar yang ada malah diintrogasi lagi- atau
justru malah menghindar bila ada yang ingin bertanya. Aku bisa melihat
kekecewaan pada wajah anisa , yah .. namanya juga udah jadi bahan obrolan ,
udah dipuji – puji bahkan sudah diprediksikan akan pacaran dengan Dio tapi
ternyata Dio malah pacaran sama cewek lain –andai dia tau perasaanku juga sama
bedanya orang hanya tau aku sahabatnya Dio- . Saat pulang sekolah , Dio
menghampiriku untuk memberitahu bahwa dia ingin mengajak ceweknya kerumahku
nanti malam .
“Hah ? buat apa ?” tanyaku bingung
“Biar dia tau kamu itu sahabatku , jadi ntar nggak cemburu
berlebihan kekamu. Oke”
“Yaa , terserah kamu ajalah .. aku nggak bisa berkomentar” Ucapku
agak kesal sambil berdiri dan berjalan keluar kelas yang diikuti Dio dari
belakang.
“Kamu kenapa , Del ? Kok .. jadi judes gini sih ? lagi PMS yaa ?”
Aku menghentikan langkaku dan berbalik kearahnya , diam sesaat
“kamu taulah..” aku menggantungkan kalimatku “.. masalahnya ” lalu berbalik dan
pergi meninggalkan Dio dengan wajah bingungnya. Gila aja , siapa yang nggak kesel coba ? dia itu nggak mikir ya .. bawa
pacarnya kerumah ? memangnya aku ini emaknya apa! Dasar Dio .. omelku dalam
hati.
Malamnya , Dio bener – bener muncul membawa cewek barunya kerumah .
Suasana hatiku bener – bener buruk hari ini , tapi mau nggak mau aku harus bersikap
manis dan menunjukkan bahwa aku adalah sahabat Dio yang paling baik. Malam ini
benar – benar terasa panjang dan membosankan dan menjengkelkan. Tapi , cewek
Dio yang kali ini kunilai lebih kalem dan lebih ramah dari yang dulu – dulu
membuat aku jadi sedikit menerima hubungan Dio dengan Puput.
“Udah jam 10 nih , Del . Aku pulang ya .. nggak enak sama ortunya
Puput” Pamit Dio padaku sambil berdiri yang diikuti Puput.
“Oh .. iya . Untung kamu masih ingat tanggung jawab hahaha”
candaku yang disambut tawa Dio dan senyum Puput.
“Kamu ini , Del .. yaudah deh , Om , Tante , kak Adis saya pamit
pulang ” Pamit Dio pada keluargaku yang sedang berkumpul diruang tengah yang
dibalas ramah oleh ayah , ibu dan kak Adis . Setelah itu aku mengantar mereka
keteras . Saat Dio menyalakan motornya aku sempat berbincang sebentar dengan
Puput sebelum dia pergi. Puput berkata bahwa ia iri padaku yang bisa bersahabat
baik dengan Dio tanpa ada rasa cinta didalamnya , aku sempat sedikit kaget dan
terdiam mendengarnya tapi aku cepat bereaksi dengan mengatakan udah kebal sama
Dio karena terlalu lama berteman jadi udah nggak ada deh rasa suka , Puput
terlihat lega mendengar jawabanku sementara aku merasa menjadi orang munafik
yang menyembunyikan kenyataan bahwa aku “JATUH CINTA” pada Dio dari sebelum
kami bersahabat. Lalu Dio berpamitan sekali lagi sebelum pergi mengantar Puput
pulang.
“iya .. Hati - hati” ucapku lalu Dio pergi mengantar puput pulang.
Aku benar – benar jadi orang munafik hari
ini ! makiku dalam hati.
Hari ini suasana rumah sangat
gaduh dan ramai karena ada acara keluarga atau lebih tepatnya acara temu
keluarga dengan keluarga mas Robby yang datang dari Jakarta –ini adalah
pertemuan yang keempat untuk ukuran keluarga besar setelah acara lamaran tiga
bulan yang lalu dan dua pertemuan lainya- . Katanya sih mau membahas masalah
pertunangan yang akan dilaksanakan tanggal 15 desember , bulan depan. Ibu ,
ibunya mas Robby , dan mbak Alin –kakaknya mas Robby- sedang sibuk didapur
menyiapkan makanan untuk nanti siang sementara ayah dan ayahnya mas Robby
sedang asyik berbincang dihalaman belakang tepatnya dipondok kecil dekat kolam
ikan ayah dan aku sedang sibuk ngurusin anaknya mbak Alin yang masih kecil –
kecil. Aahh .. rasanya kepalaku mau pecah menghadapi tingkah laku Nino dan
Nindi –anak dari mbak Alin yang kebetulan kembar- yang tidak bisa diam dari
tadi , ada saja yang dikerjain tapi tidak ada satupun yang sampai selesai sudah
ditinggal dan pindah ke yang lain . Karena sudah tidak tahan lagi aku mengambil
hp-ku yang ada dikamar dan segera menekan angka 4 tak lama kemudian muncul nama
Dio dilayar yang berarti aku sudah mulai terhubung dengannya .
“Ya , Del . Ada apa ?” Suara Dio agak sedikit teriak
“Kamu lagi jalan sama puput ya ? oh , nggak jadi deh ..” ucapku
sedikit terburu – buru karena harus memegangi Nindi yang ingin berlari kearah
jalan
“nggak kok .. aku cuma habis ngantar ibu kerumahnya mbak Ayu.
Kenapa?” suara kendaraan terdengar disela – sela suara Dio
“Bantuin aku ? ngurusin Nindi sama Nino .. Eeeh .. Nino jangan
manjat .. ” teriakku pada Nino yang mencoba memanjat pagar “eh … maaf , yo .
Aduuhh .. please yo .. emergency banget nih … ” ucapku sedikit memaksa
terdengar suara tertawa Dio dari
seberang
“Iyaa .. tunggu bentar , aku sudah deket kok .. bye” lalu menutup
telponnya , sekitar lima menit kemudian Dio tiba dirumahku yang berbarengan
dengan kedatangan mas Robby dan kak Adis yang baru saja mengurusi masalah
pembuatan undangan dan urusan gedung untuk acara pernikahannya nanti. Aku langsung
berlari keluar begitu melihat Dio yang baru saja melepas helmnya .
“Cepetan ..” lalu menarik Dio masuk kedalam yang membuat Dio
hampir jatuh dan kemudian ditertawakan
mas Robby dan kak Adis.
“Sabar atuh , neng .. buru – buru amat sih ”
“Tuh .. urusin ” kataku sambil menunjuk Nino dan Nindi yang sedang
merobek – robek majalah bekas yang berhasil mereka ambil dari garasi mobil
–berhubung rumahku nggak ada gudang jadi alhasil garasi mobil pun jadi , meski
hanya memanfaatkan sudutnya saja- sampai tak jelas lagi bentuknya.
“Sabar aja , yo .. Adel
memang nggak telaten , bukan calon ibu yang baik .. hahaha” ejek kakakku padaku
yang disambut suara tawa mas Robby dan Dio
“nggak papa , kak .. akukan orangnya pengertian ” jawab Dio sambil
melangkah mendekati Nindi dan Nino
“Lagian aku jadi ibu juga masih lama .. wajar dong ? kalau belum
telaten ” ucapku kesel
“Ya udah .. nggak usah cemberut gitu mukanya ” mas Robby mencubit
pipi kiriku yang kusambut dengan senyum yang terpaksa. Setelah kak Adis dan mas
Robby menghilang ke arah dapur aku duduk diantara serakan bantal – bantal besar
yang biasa digunakan untuk bersantai diruang tengah sambil melihat Dio yang
sudah berhasil membuat Nindi dan Nino diam alias menjadi adem ayem dengan
menemani mereka membuat berbagai bentuk origami menggunakan kertas – kertas
majalah yang dirobek Nindi dan Nino tadi. Wooww .. pastinya nggak bakal ada
yang mengira bahwa Dio adalah cowok yang sangat menyukai anak kecil , satu
kenyataan yang mampu membuatku kagum padanya karena untuk ukuran cowok playboy
kayak Dio rasanya mustahil mempunyai sisi yang baik seperti ini . In times like
this he could be the best … sangat bisa diandalkan .
Jam sudah menunjukan pukul 12.45 WITA dan kedua “perusuh” kecil itu
sudah tertidur pulas setelah lelah bermain . Dio berdiri dan melakukan gerakan
merenggangkan otot lalu berjalan kearahku .
“Tugasku selesai …” duduk disampingku dan mengambil bantal yang
aku peluk lalu memeluknya
“Makasih yaa … nggak tau deh kalau nggak ada kamu , mungkin aku
yang terbaring pulas disitu sedangkan mereka masih sibuk berlarian ” sambil
menunjukkan senyum tulus ucapan terima kasihku pada Dio
“Hmm .. nggak masalah”
“Adel , Dio .. ayo makan , makanannya udah siap .” Panggil kakakku
dari halaman belakang lalu aku dan Dio segera berdiri dan berjalan perlahan
agar Nindi dan Nino tidak terbangun. Suasana begitu hangat dan akrab bahkan Dio
yang baru ini bertemu dengan ayahnya mas Robby langsung bisa akrab . Aku hanya
tersenyum melihatnya menanggapi semua percakapan ayah dan ayahnya mas Robby
tentang ikan –karena untuk informasi Dio itu maniak mancing jadi sedikit banyak
dia mengetahui tentang ikan bahkan ikan hias sekelas ikan arwana -, sehingga
rasanya Dio sudah masuk dalam daftar keluarga kami. Satu lagi kenyataan yang
aku lihat , Dio adalah orang yang cepat akrab dengan orang baru alias ramah.
Malam ini , bintang kelihatan banyak sekali . Rasanya senang bisa
bersantai setelah kesibukan tadi siang dan hari ini aku mulai banyak berfikir
tentang Dio , seorang sahabat yang selalu ada buatku kapanpun dan dimanapun .
Kalau difikir – fikir hubungan seperti ini sangat tidak mengenakkan untukku ,
bagaimana tidak ? aku tidak bisa berbohong bahwa semakin banyak aku dapat
perhatian Dio aku merasa aku adalah orang yang spesial buatnya dan membuat aku
menjadi semakin tidak bisa melupakan apa yang aku rasakan padanya yang hampir
empat tahun ini. Wooww .. itu rasanya benar – benar waktu yang tidak sebentar
untuk dikatakan sebagai cinta monyet alias hanya untuk main – main . Menurutku
itu jauh dari kata itu , oke .. ku akui dia memang bukan cinta pertamaku tapi
bisa saja dia jadi yang terakhir buatku , itu mungkin sajakan . Berbagai
pendapat tentang hubunganku dengan Dio yang selalu jalan ditempat alias
“Sahabat” terus bermunculan dalam otakku . sampai akhirnya suara kak Adis
membuyarkan semuanya .
“Hari ini menyenangkan ?” senyum kak Adis penuh makna
“Lumayan ..” jawabku menggantung tapi tak ku lanjutkan
“Nggak mungkin hanya ‘lumayan’
.. kakak tau kok apa yang ada dalam hatimu , Del” ceramah singkat kakakku
“Tapi , saat ini yang aku rasa ya ‘lumayan’ itu .. entah apa juga maksudku , tapi aku hanya mencoba
melihat kenyataan yang ada aja .. dan mencari kejelasan” mataku menatap langit
yang dipenuhi bintang lalu memandang kakakku yang terlihat bingung dengan apa
yang kukatakan
“Kejelasan apa ?” tanya kakakku
“entahlah kak .. aku juga nggak tau ” jawabku ragu
“Kamu ragukan , Del ?”
“Ragu ? … buat apa kak ?”
“Ragu kalau nggak akan ada kemungkinan bahwa perasaanmu suatu saat
akan terbalas ? iya ? ” tebak kakakku “Tapi , kita nggak akan pernah tau
kenyataannya yang akan datang kan , Del ? ” sambung kakakku
“kenyataannya …..” aku terdiam mencoba mencerna kata – kata kak
Adis “mungkin nggak akan pernah sampai pada titik yang aku harapin kak .”
“Titik apa ? kalian pacaran ?” tembak kakakku langsumg kesasaran
“Nggak .. bukan itu …” aku mulai bingung dengan keinginanku
sendiri “.. udahlah .. aku hanya mau menunggu apa yang akan terjadi nanti ”
ucapku putus asa
“Berapa lama ? 1 tahun , 2 tahun atau …. 10 tahun atau seumur
hidupmu? Mau sampai kapan , Del ? kamu udah 4 tahun mununggu ? itu waktu yang
nggak sebentar .. apa kamu mulai merasa bahwa dia itu tujuan hidupmu ? begitu ?
ini gila , Del ! nggak ada orang yang seperti kamu .. menunggu untuk hanya
untuk disakiti” nada suara kakakku agak meninggi
“Aku tau .. aku tau .. tapi , aku melihat kenyataannya kak .. dan
kenyataan itu nggak pernah menggiringku ke titik yang aku harapin .. udahlah
kak .. aku malas berdebat …” aku berdiri dari dudukku dan meninggalkan kakakku
yang duduk sendiri dipondok . Aku pergi kekamarku dan langsung duduk diujung
tempat tidur memikirkan semua kata – kata kakakku barusan . Dia ada benarnya ,
aku sudah terlalu lama menunggu . Kemana
kenyataannya akan membawaku ?
Dio menatapku
bingung mungkin lebih tepatnya tak percaya dan kaget –entahlah aku tak tau lagi
tatapan apa itu-, dia merasa bahwa suatu hal yang nggak masuk akal seorang
Adella Maharani Triyasono menyatakan perasaannya pada seorang Dio Ananda
Hadipurwanto sementara selama ini aku –orang yang sedang ditatapnya dengan
tatapan yang tak dapat dijelaskan- adalah sahabatnya sejak SMP yang tak pernah
sekalipun terlihat memiliki rasa terhadapnya ternyata berbeda 180 derajat dari
yang dibayangkannya . Dia terlihat berusaha melihat seisi ruang kelas yang
kosong karena para penghuninya sudah pulang kerumah mereka masing – masing lalu
memandangku seolah berkata “yang – benar – saja ?”. Jantungku rasanya tak bisa
berhenti semakin lama justru semakin cepat saja , aku benar – benar bisa merasakan
bahwa Dio yang saat ini ada didepanku merasa nggak nyaman dengan situasi ini .
“Del ..” Dio menggantung kata – katanya lama sekali sampai
akhirnya dilanjutkannya “.. kamu tau .. apa yang sudah kamu rusak ?” dadaku
terasa sakit mendengar kata – kata Dio , aku terdiam berusaha berfikir atau
setidaknya terlihat seperti orang yang sedang berfikir
“Maaf yo .. aku .. ” aku tak bisa menyambung kalimatku karena air
mataku mulai keluar Dio masih menatapku dengan pandangan yang tidak biasa ,
pandangan yang mengisaratkan bahwa dia tidak menyukai apa yang aku lakukan ini
“aku .. aku .. ”
“Sudahlah , Del ..” potong Dio “.. lupakan semuanya dan jangan
pernah berharap lebih .. kamu bahkan sudah merusak persahabatan kita .. ”
Tangisku mulai pecah ketika aku mendengar kata – kata Dio barusan . Ya
.. aku tau aku sudah seperti penguntit yang diam – diam menyukainya . Aku bisa
merasakan ketidak nyamanannya. Tapi ,aku tidak bisa lebih lama lagi memendam
perasaanku yang sudah berjalan 4 tahun ini atau aku bisa mati karenanya.
“Aku tau .. aku bodoh tapi ..” aku berusaha berbicara setegar
mungkin “kamu harusnya paham bila kamu ada diposisiku , yo ..” aku mulai
menangis lagi
“Lupakan , Del .. lupakan .. semuanya nggak akan sama lagi seperti
dulu ” ucapnya tegas “ini kenyataan yang harus kamu hadapi .. aku bukan
ditakdirkan untukmu .. ” kata – katanya terasa langsung menusuk tepat kearah
jantungku yang membuat aku menahan nafas dan membuat kakiku lemas terasa tak
bertulang hingga akhirnya aku terjatuh dan hanya bisa meratapi punggung Dio yang
pergi meninggalkanku sendiri dalam sedihku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar