Rabu, 31 Desember 2014

Aku Kembali dan Siap Untuk Istiqomah




Assalamualaikum wr wb....

Lama sudah kutinggalkan blogku untuk kesibukkan yang lain. Sempat terfikir untuk berhenti mengelola blognya. Karena setiap kali mau nulis selalu kehilangan inspirasi. Rasanya setiap apa yang di tulis hanya sebuah kata - kata yang terangkai namun tanpa makna apapun. Rasanya seperti menulis diatas kertas namun dengan pena tanpa tinta. KOSONG. HAMPA.

Walaupun tak akan banyak yang mau membaca tulisanku. Tapi dengan sedikitnya yang bersedia membaca, itu sudah lebih daripada cukup. Aku baru dalam dunia blog, tapi aku cukup lama berkenalan dengan dunia menulis, walaupun kadang aku selalu merasa tidak puas dengan tulisanku sendiri.


Aku masih punya mimpi dan keinginan yang sama. Menjadi penulis. Aku ingin orang dapat tersenyum karena tulisanku atau bahkan menangis haru karena tulisanku hingga mampu meredam amarah mereka dikala mereka di puncak kesabarannya sebagai manusia. Aku ingin tulisanku memberika mereka kenangan dan kesan bahkan emosi dari setiap kata yang tertuang didalam cerita yang ku buat.

Aku bukanlah seorang penulis profesional. Aku bukanlah penulis yang dapat membuat sebuah cerita dengan sempurna dan mampu meraih semua hati yang membaca tulisanku. Tapi, aku memutuskan untuk kembali dan melanjutkannya. Berhenti ditengah usaha yang telah dilakukan lebih memalukan daripada tidak pernah memulai sama sekali. Mencoba hingga memperoleh kegagalan lebih baik daripada menggagalkan usaha yang dicoba sendiri.

Aku Kembali dan Siap Untuk Istiqomah......
Salam,
Maharani

Rabu, 30 Juli 2014

[Cerber] Natural part.2



… Kenyataan …

                    Hari ini benar – benar hari yang berat , tiga mata pelajaran ulangan semua ditambah lagi kata – kata kak Adis semalam selalu berputar – putar dalam otakku .. aakh ! aku muak rasanya kalau harus seperti ini sekali lagi aku disadarkan untuk mencari sebuah kenyataan . Yang mana aku tau kenyataan itu pasti amat sangat menyakitkan . Yaahh .. seperti yang kita tau suatu tindakan bodoh bersahabat dengan orang yang kita suka , kenapa ? karena menyiksa .. amat sangat tersiksa , oke ! mungkin bukan secara fisik tapi mental , pikiran dan juga perasaan . Aku lelah seperti ini , bertahun – tahun bertahan dengan status sahabat –oke .. garis bawahi dan ingat baik – baik “SAHABAT”- yang tak pernah menanjak naik menjadi yang lebih berkomitmen , satu kata yang aku tahu cocok untukku “BODOH”.

                     Aku duduk termenung didalam kelas sementara yang lain sibuk mem-freshkan fikiran mereka setelah ulangan tadi , yang benar – benar tanpa jeda –Wooww ! Amazing ..-dan tanpa ampun . Sischa yang baru datang dari kantin dan membawa banyak sekali snack menawarkannya padaku yang kutolak dengan halus.

“Kenapa sih kamu , Del ? Cerita .. cerita ..” dengan gayanya yang sok orang tua “Ahhh .. masih stress mikirin ulangan tadi yaa? udahlaahh , lupain aja .. ” sambungnya sambil membuka snack yang dibawanya
“nggak papa , Sis .. cuma lagi nggak mood aja”
“Laah , nggak mood kok nggak papa ?”
“Udah ah , Sis .. nggak mau bahas itu . Gimana dengan Ilham ?” menghadapkan badanku pada Sischa
“Nggak ada yang berubah .. masih gitu – gitu aja , bosen juga lama – lama ..” ucapanya sambil mengingat perjuangannya untuk dekat dengan Ilham. Akhirnya, Sischa jadi bercerita tentang hubungannya dengan Ilham yang masih belum berkembang juga dengan berbagai ekspresi wajah mulai dari senang , malu – malu , sedih bahkan sampai yang membuatnya tertawa . aku hanya tersenyum mendengarkan semua ceritanya dan terfikir tentang aku dan Dio dimana hubungan kami yang sangat dekat ini –alias SABAHAT- bahkan hampir seperti saudara kandung membuatku menyesal kenapa harus sahabatan ? kenapa nggak jadi pacarnya aja ? tapi disisi lain aku sangat senang dengan hubungan kami sekarang karena “mungkin” kalau hubungan kami adalah pacaran mungkin udah dari empat tahun yang lalu kami putus atau bisa juga nggak sih . Tapi , namanya pacaran ala anak sekolahan jarang ada yang awet –maklum cinta monyet- .

                       Kerena kak Adis nggak bisa jemput aku maka mas Robby yang jemput , kaget juga waktu liat mobil mas Robby yang datang sempat mikir juga mungkin  kak Adis lagi sama mas Robby ternyata nggak . Ya sudah deh .. jadinya aku pulang sama mas Robby sempet jadi tontonan sih maklum mas Robby biarpun udah usia 28 tahun tapi mukanya masih kayak usia dibawah 23 –orang kaya sih .. jadi awet muda hahaha- . Sepanjang perjalanan pulang aku hanya diam , hal itu membuat mas Robby bingung karena biasanya aku lumayan gaduh dan mampu membuat ribut tapi tiba – tiba malah jadi kalem dan adem ayem.
 “Sakit , Del ?” tanya mas Robby yang memecahkan kesunyian
“yaa , oohh .. nggak mas . Cuma lagi bad mood aja , habis hari ini dihajar sama ulangan tiga pelajaran berturut – turut .. susah lagi !” jawabku
Mas Robby tertawa mendengar aku yang tiba – tiba curcol –curhat colongan- yang alhasil membuat suasana yang tadi sunyi jadi rame “hahaha .. udahlah , Del . Dibawa santai aja .. jangan jadiin beban ntar malah bikin stress ” nasihat mas Robby padaku yang kusambut dengan anggukan . Lalu sepanjang perjalan pulang aku banyak mendengar cerita mas Robby waktu diSidney dan rencananya akan keJepang dua minggu lagi untuk bertemu dengan rekan bisnisnya disana. Aku hanya bisa kagum mendengar cerita – cerita calon kakak iparku ini , bahkan aku sempat merasa sangat beruntung karena aku akan punya kakak ipar yang hebat kayak mas Robby.

                      Begitu sampai rumah aku sempat menawarkan mas Robby untuk mampir karena ibu pasti senang kalau mas Robby datang. Tapi , karena mas Robby harus menjemput kakaknya yang katanya lagi dirumah sakit karena harus menjenguk ibu mertuanya yang lagi sakit , tapi mas Robby bilang mungkin nanti malam dia bakal kesini .
“Makasih mas , udah mau direpotin .” ucapku begitu turun dari mobil dan menutup pintu mobil.
“iyaa , no problem .. salam buat ibu ya , Del. Mas pulang ya , assalamualaikum” dengan senyum manisnya
“walaikumsalam .. hati – hati , mas” lalu mobilnya mulai melaju dan aku segera berlari kecil masuk kedalam rumah .



                       Seminggu sudah setelah cerita heboh tentang putusnya Dio dengan Laras , kini datang berita baru tentang kedekatan Dio dengan Anisa kakak kelas kami . Banyak yang mulai berkomentar tentang betapa serasinya Dio dengan kak Anisa atau kenapa Dio nggak dari dulu aja pacaran dengan kak Anisa , dll .. tapi dari cerita yang yang aku dengar dari Dio , dia nggak berminat pacaran dengan kak Anisa karena buatnya kak Anisa hanya kakak kelas yang dia kagumi nggak lebih . Bahkan dia sedang PDKT dengan anak SMAN 2 namanya Kamila Putri Raditya dan dia bilang dia sudah berniat akan nembak puput –nama panggilan Kamila Putri Raditya- dalam minggu – minggu ini. Wah , sakit banget dengernya . Tapi , karena sudah professional aku sudah lebih jago mengendalikan rasa sakitnya –satu lagi kenyataan bahwa aku dan Dio ditakdirkan sebagai sahabat dan nggak mungkin apa yang aku rasakan ini akan terbalas-meski begitu tetap saja aku merasa kesal meski hanya sedikit .. benar – benar sedikit.

                       Dan kemarin berita heboh mulai tersebar disekolahku . Yup , berita tentang Dio yang pacaran dengan Puput , banyak yang kaget bahkan bisa dibilang semua kecuali aku –secara aku yang jadi tempat curhatnya - . Sampai – sampai banyak yang mendatangiku menanyakan perihal berita tersebut aku hanya bisa menjawab dengan mengangkat bahu dan tersenyum penuh makna –bukan nggak tau yaa .. cuma males aja kalau harus menjawab “iya” ntar yang ada malah diintrogasi lagi- atau justru malah menghindar bila ada yang ingin bertanya. Aku bisa melihat kekecewaan pada wajah anisa , yah .. namanya juga udah jadi bahan obrolan , udah dipuji – puji bahkan sudah diprediksikan akan pacaran dengan Dio tapi ternyata Dio malah pacaran sama cewek lain –andai dia tau perasaanku juga sama bedanya orang hanya tau aku sahabatnya Dio- . Saat pulang sekolah , Dio menghampiriku untuk memberitahu bahwa dia ingin mengajak ceweknya kerumahku nanti malam .
“Hah ? buat apa ?” tanyaku bingung
“Biar dia tau kamu itu sahabatku , jadi ntar nggak cemburu berlebihan kekamu. Oke”
“Yaa , terserah kamu ajalah .. aku nggak bisa berkomentar” Ucapku agak kesal sambil berdiri dan berjalan keluar kelas yang diikuti Dio dari belakang.
“Kamu kenapa , Del ? Kok .. jadi judes gini sih ? lagi PMS yaa ?”
Aku menghentikan langkaku dan berbalik kearahnya , diam sesaat “kamu taulah..” aku menggantungkan kalimatku “.. masalahnya ” lalu berbalik dan pergi meninggalkan Dio dengan wajah bingungnya. Gila aja , siapa yang nggak kesel coba ? dia itu nggak mikir ya .. bawa pacarnya kerumah ? memangnya aku ini emaknya apa! Dasar Dio .. omelku dalam hati.

                        Malamnya , Dio bener – bener muncul membawa cewek barunya kerumah . Suasana hatiku bener – bener buruk hari ini , tapi mau nggak mau aku harus bersikap manis dan menunjukkan bahwa aku adalah sahabat Dio yang paling baik. Malam ini benar – benar terasa panjang dan membosankan dan menjengkelkan. Tapi , cewek Dio yang kali ini kunilai lebih kalem dan lebih ramah dari yang dulu – dulu membuat aku jadi sedikit menerima hubungan Dio dengan Puput.
“Udah jam 10 nih , Del . Aku pulang ya .. nggak enak sama ortunya Puput” Pamit Dio padaku sambil berdiri yang diikuti Puput.
“Oh .. iya . Untung kamu masih ingat tanggung jawab hahaha” candaku yang disambut tawa Dio dan senyum Puput.
“Kamu ini , Del .. yaudah deh , Om , Tante , kak Adis saya pamit pulang ” Pamit Dio pada keluargaku yang sedang berkumpul diruang tengah yang dibalas ramah oleh ayah , ibu dan kak Adis . Setelah itu aku mengantar mereka keteras . Saat Dio menyalakan motornya aku sempat berbincang sebentar dengan Puput sebelum dia pergi. Puput berkata bahwa ia iri padaku yang bisa bersahabat baik dengan Dio tanpa ada rasa cinta didalamnya , aku sempat sedikit kaget dan terdiam mendengarnya tapi aku cepat bereaksi dengan mengatakan udah kebal sama Dio karena terlalu lama berteman jadi udah nggak ada deh rasa suka , Puput terlihat lega mendengar jawabanku sementara aku merasa menjadi orang munafik yang menyembunyikan kenyataan bahwa aku “JATUH CINTA” pada Dio dari sebelum kami bersahabat. Lalu Dio berpamitan sekali lagi sebelum pergi mengantar Puput pulang.
“iya .. Hati - hati” ucapku lalu Dio pergi mengantar puput pulang. Aku benar – benar jadi orang munafik hari ini ! makiku dalam hati.




                            Hari ini suasana rumah sangat gaduh dan ramai karena ada acara keluarga atau lebih tepatnya acara temu keluarga dengan keluarga mas Robby yang datang dari Jakarta –ini adalah pertemuan yang keempat untuk ukuran keluarga besar setelah acara lamaran tiga bulan yang lalu dan dua pertemuan lainya- . Katanya sih mau membahas masalah pertunangan yang akan dilaksanakan tanggal 15 desember , bulan depan. Ibu , ibunya mas Robby , dan mbak Alin –kakaknya mas Robby- sedang sibuk didapur menyiapkan makanan untuk nanti siang sementara ayah dan ayahnya mas Robby sedang asyik berbincang dihalaman belakang tepatnya dipondok kecil dekat kolam ikan ayah dan aku sedang sibuk ngurusin anaknya mbak Alin yang masih kecil – kecil. Aahh .. rasanya kepalaku mau pecah menghadapi tingkah laku Nino dan Nindi –anak dari mbak Alin yang kebetulan kembar- yang tidak bisa diam dari tadi , ada saja yang dikerjain tapi tidak ada satupun yang sampai selesai sudah ditinggal dan pindah ke yang lain . Karena sudah tidak tahan lagi aku mengambil hp-ku yang ada dikamar dan segera menekan angka 4 tak lama kemudian muncul nama Dio dilayar yang berarti aku sudah mulai terhubung dengannya .
“Ya , Del . Ada apa ?” Suara Dio agak sedikit teriak
“Kamu lagi jalan sama puput ya ? oh , nggak jadi deh ..” ucapku sedikit terburu – buru karena harus memegangi Nindi yang ingin berlari kearah jalan
“nggak kok .. aku cuma habis ngantar ibu kerumahnya mbak Ayu. Kenapa?” suara kendaraan terdengar disela – sela suara Dio
“Bantuin aku ? ngurusin Nindi sama Nino .. Eeeh .. Nino jangan manjat .. ” teriakku pada Nino yang mencoba memanjat pagar “eh … maaf , yo . Aduuhh .. please yo .. emergency banget nih … ” ucapku sedikit memaksa terdengar  suara tertawa Dio dari seberang
“Iyaa .. tunggu bentar , aku sudah deket kok .. bye” lalu menutup telponnya , sekitar lima menit kemudian Dio tiba dirumahku yang berbarengan dengan kedatangan mas Robby dan kak Adis yang baru saja mengurusi masalah pembuatan undangan dan urusan gedung untuk acara pernikahannya nanti. Aku langsung berlari keluar begitu melihat Dio yang baru saja melepas helmnya .
“Cepetan ..” lalu menarik Dio masuk kedalam yang membuat Dio hampir jatuh dan kemudian  ditertawakan mas Robby dan kak Adis.
“Sabar atuh , neng .. buru – buru amat sih ”
“Tuh .. urusin ” kataku sambil menunjuk Nino dan Nindi yang sedang merobek – robek majalah bekas yang berhasil mereka ambil dari garasi mobil –berhubung rumahku nggak ada gudang jadi alhasil garasi mobil pun jadi , meski hanya memanfaatkan sudutnya saja- sampai tak jelas lagi bentuknya.
“Sabar aja , yo ..  Adel memang nggak telaten , bukan calon ibu yang baik .. hahaha” ejek kakakku padaku yang disambut suara tawa mas Robby dan Dio
“nggak papa , kak .. akukan orangnya pengertian ” jawab Dio sambil melangkah mendekati Nindi dan Nino
“Lagian aku jadi ibu juga masih lama .. wajar dong ? kalau belum telaten ” ucapku kesel
“Ya udah .. nggak usah cemberut gitu mukanya ” mas Robby mencubit pipi kiriku yang kusambut dengan senyum yang terpaksa. Setelah kak Adis dan mas Robby menghilang ke arah dapur aku duduk diantara serakan bantal – bantal besar yang biasa digunakan untuk bersantai diruang tengah sambil melihat Dio yang sudah berhasil membuat Nindi dan Nino diam alias menjadi adem ayem dengan menemani mereka membuat berbagai bentuk origami menggunakan kertas – kertas majalah yang dirobek Nindi dan Nino tadi. Wooww .. pastinya nggak bakal ada yang mengira bahwa Dio adalah cowok yang sangat menyukai anak kecil , satu kenyataan yang mampu membuatku kagum padanya karena untuk ukuran cowok playboy kayak Dio rasanya mustahil mempunyai sisi yang baik seperti ini . In times like this he could be the best … sangat bisa diandalkan .

                           Jam sudah menunjukan pukul 12.45 WITA dan kedua “perusuh” kecil itu sudah tertidur pulas setelah lelah bermain . Dio berdiri dan melakukan gerakan merenggangkan otot lalu berjalan kearahku .
“Tugasku selesai …” duduk disampingku dan mengambil bantal yang aku peluk lalu memeluknya
“Makasih yaa … nggak tau deh kalau nggak ada kamu , mungkin aku yang terbaring pulas disitu sedangkan mereka masih sibuk berlarian ” sambil menunjukkan senyum tulus ucapan terima kasihku pada Dio
“Hmm .. nggak masalah”
“Adel , Dio .. ayo makan , makanannya udah siap .” Panggil kakakku dari halaman belakang lalu aku dan Dio segera berdiri dan berjalan perlahan agar Nindi dan Nino tidak terbangun. Suasana begitu hangat dan akrab bahkan Dio yang baru ini bertemu dengan ayahnya mas Robby langsung bisa akrab . Aku hanya tersenyum melihatnya menanggapi semua percakapan ayah dan ayahnya mas Robby tentang ikan –karena untuk informasi Dio itu maniak mancing jadi sedikit banyak dia mengetahui tentang ikan bahkan ikan hias sekelas ikan arwana -, sehingga rasanya Dio sudah masuk dalam daftar keluarga kami. Satu lagi kenyataan yang aku lihat , Dio adalah orang yang cepat akrab dengan orang baru alias ramah.



                            Malam ini , bintang kelihatan banyak sekali . Rasanya senang bisa bersantai setelah kesibukan tadi siang dan hari ini aku mulai banyak berfikir tentang Dio , seorang sahabat yang selalu ada buatku kapanpun dan dimanapun . Kalau difikir – fikir hubungan seperti ini sangat tidak mengenakkan untukku , bagaimana tidak ? aku tidak bisa berbohong bahwa semakin banyak aku dapat perhatian Dio aku merasa aku adalah orang yang spesial buatnya dan membuat aku menjadi semakin tidak bisa melupakan apa yang aku rasakan padanya yang hampir empat tahun ini. Wooww .. itu rasanya benar – benar waktu yang tidak sebentar untuk dikatakan sebagai cinta monyet alias hanya untuk main – main . Menurutku itu jauh dari kata itu , oke .. ku akui dia memang bukan cinta pertamaku tapi bisa saja dia jadi yang terakhir buatku , itu mungkin sajakan . Berbagai pendapat tentang hubunganku dengan Dio yang selalu jalan ditempat alias “Sahabat” terus bermunculan dalam otakku . sampai akhirnya suara kak Adis membuyarkan semuanya .
“Hari ini menyenangkan ?” senyum kak Adis penuh makna
“Lumayan ..” jawabku menggantung tapi tak ku lanjutkan
“Nggak mungkin hanya ‘lumayan’ .. kakak tau kok apa yang ada dalam hatimu , Del” ceramah singkat kakakku
“Tapi , saat ini yang aku rasa ya ‘lumayan’ itu .. entah apa juga maksudku , tapi aku hanya mencoba melihat kenyataan yang ada aja .. dan mencari kejelasan” mataku menatap langit yang dipenuhi bintang lalu memandang kakakku yang terlihat bingung dengan apa yang kukatakan
“Kejelasan apa ?” tanya kakakku
“entahlah kak .. aku juga nggak tau ” jawabku ragu
“Kamu ragukan , Del ?”
“Ragu ? … buat apa kak ?”
“Ragu kalau nggak akan ada kemungkinan bahwa perasaanmu suatu saat akan terbalas ? iya ? ” tebak kakakku “Tapi , kita nggak akan pernah tau kenyataannya yang akan datang kan , Del ? ” sambung kakakku
“kenyataannya …..” aku terdiam mencoba mencerna kata – kata kak Adis “mungkin nggak akan pernah sampai pada titik yang aku harapin kak .”
“Titik apa ? kalian pacaran ?” tembak kakakku langsumg kesasaran
“Nggak .. bukan itu …” aku mulai bingung dengan keinginanku sendiri “.. udahlah .. aku hanya mau menunggu apa yang akan terjadi nanti ” ucapku putus asa
“Berapa lama ? 1 tahun , 2 tahun atau …. 10 tahun atau seumur hidupmu? Mau sampai kapan , Del ? kamu udah 4 tahun mununggu ? itu waktu yang nggak sebentar .. apa kamu mulai merasa bahwa dia itu tujuan hidupmu ? begitu ? ini gila , Del ! nggak ada orang yang seperti kamu .. menunggu untuk hanya untuk disakiti” nada suara kakakku agak meninggi
“Aku tau .. aku tau .. tapi , aku melihat kenyataannya kak .. dan kenyataan itu nggak pernah menggiringku ke titik yang aku harapin .. udahlah kak .. aku malas berdebat …” aku berdiri dari dudukku dan meninggalkan kakakku yang duduk sendiri dipondok . Aku pergi kekamarku dan langsung duduk diujung tempat tidur memikirkan semua kata – kata kakakku barusan . Dia ada benarnya , aku sudah terlalu lama menunggu . Kemana kenyataannya akan membawaku ?  



                               Dio menatapku bingung mungkin lebih tepatnya tak percaya dan kaget –entahlah aku tak tau lagi tatapan apa itu-, dia merasa bahwa suatu hal yang nggak masuk akal seorang Adella Maharani Triyasono menyatakan perasaannya pada seorang Dio Ananda Hadipurwanto sementara selama ini aku –orang yang sedang ditatapnya dengan tatapan yang tak dapat dijelaskan- adalah sahabatnya sejak SMP yang tak pernah sekalipun terlihat memiliki rasa terhadapnya ternyata berbeda 180 derajat dari yang dibayangkannya . Dia terlihat berusaha melihat seisi ruang kelas yang kosong karena para penghuninya sudah pulang kerumah mereka masing – masing lalu memandangku seolah berkata “yang – benar – saja ?”. Jantungku rasanya tak bisa berhenti semakin lama justru semakin cepat saja , aku benar – benar bisa merasakan bahwa Dio yang saat ini ada didepanku merasa nggak nyaman dengan situasi ini .
“Del ..” Dio menggantung kata – katanya lama sekali sampai akhirnya dilanjutkannya “.. kamu tau .. apa yang sudah kamu rusak ?” dadaku terasa sakit mendengar kata – kata Dio , aku terdiam berusaha berfikir atau setidaknya terlihat seperti orang yang sedang berfikir
“Maaf yo .. aku .. ” aku tak bisa menyambung kalimatku karena air mataku mulai keluar Dio masih menatapku dengan pandangan yang tidak biasa , pandangan yang mengisaratkan bahwa dia tidak menyukai apa yang aku lakukan ini “aku .. aku .. ”
“Sudahlah , Del ..” potong Dio “.. lupakan semuanya dan jangan pernah berharap lebih .. kamu bahkan sudah merusak persahabatan kita .. ”

                                 Tangisku mulai pecah ketika aku mendengar kata – kata Dio barusan . Ya .. aku tau aku sudah seperti penguntit yang diam – diam menyukainya . Aku bisa merasakan ketidak nyamanannya. Tapi ,aku tidak bisa lebih lama lagi memendam perasaanku yang sudah berjalan 4 tahun ini atau aku bisa mati karenanya.
“Aku tau .. aku bodoh tapi ..” aku berusaha berbicara setegar mungkin “kamu harusnya paham bila kamu ada diposisiku , yo ..” aku mulai menangis lagi
“Lupakan , Del .. lupakan .. semuanya nggak akan sama lagi seperti dulu ” ucapnya tegas “ini kenyataan yang harus kamu hadapi .. aku bukan ditakdirkan untukmu .. ” kata – katanya terasa langsung menusuk tepat kearah jantungku yang membuat aku menahan nafas dan membuat kakiku lemas terasa tak bertulang hingga akhirnya aku terjatuh dan hanya bisa meratapi punggung Dio yang pergi meninggalkanku sendiri dalam sedihku.

[Curhat] keresahanku (1)


Kadang kita sebagai manusia lupa bagaimana cara Allah SWT bekerja. Bahwa Dia memiliki cara yang berbeda dan misterius dalam mewujudkan setiap keinginan hambaNya yang bermacam - macam dari setiap penjuru dunia.

Kita sebagai manusia terbiasa melihat dengan mata kita. Cara kita sebagai makhluk yang penuh dengan ambisi, nafsu, keinginan bahkan impian - impian indah tentang dunia yang ia pijak. Dan mereka lupa bahwa jauh di atas kuasa mereka ada yang lebih berhak memutuskan dan mengamini apa yang kita inginkan. Hingga kita lupa untuk mendapingi setiap langkah kita dalam berusaha mewujudkan apa yang diinginkan dengan doa. Doa kepada sang Maha Pemilik dunia yang kita pijak. Itu mungkin cara pandang bagi manusia yang memiliki tingkat optimis yang terlalu tinggi hingga akhirnya mereka menjadi seonggok daging yang berjalan di muka bumi ini dengan penuh keangkuhan .

Namun, mungkin ada sebagian dari kita yang justru memiliki cara pandang yang jauh berbeda. Kita terbiasa memandang dengan penuh keputus asaan, tidak berhasrat, lemah dan selalu merasa hidup tidak adil dan hanya mengandalkan doanya kepada Tuhan mereka tanpa mau berusaha mengubah kehidupan mereka yang mereka anggap tidak pernah adil pada mereka. Tapi, mereka lupa bahwa ada sang Maha Adil yang lebih tahu mana yang terbaik untuk mereka dan setia menunggu kita sebagai umatNya yang selalu pesimis dalam memandang kehidupan untuk berusahasebagai bagian dari doa yang kita panjatkan padaNya.

Kita lupa bahwa Allah SWT selalu punya rencana untuk setiap makhluk ciptaanNya yang hidup dibumiNya. Bukankah didalam Al - Qur'an sudah dikatakan bahwa "Diwajibkan atas kamu berperan, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”  (QS. Al-Baqarah : 216)

Dari ayat diatas, bukankah kita sebagai makhluknya seharusnya sadar selalu ada hal - hal baik yang sudah disiapkan oleh Allah SWT . Percayalah suatu saat kamu akan menyadari betapa indahnya yang telah disiapkan dan direncanakan Allah SWT untuk kita jauh lebih baik dari yang telah kita rencanakan. Karena Allah SWT tidak akan pernah ingkar pada janji - janjinya pada umatNya.

Kamis, 24 Juli 2014

[Cerber] Natural



Rindu ? benarkah aku merindukannya ? Tidak ! pasti bohong . Dia bukanlah siapa – siapa ! ya … itulah kenyataan . Pernahkah dia memikirkan aku ? Tidak ! … ya,  sekali lagi itulah kenyataan yang harus ku yakini . Haaahhh ! 

Hari ini langit tidak begitu cerah dibontang , mendung ? ya , kurang lebih begitulah .. mataku rasanya mulai panas , kenapa ? entahlah aku juga tak tahu . Aku hanyalah merasa bodoh , percaya pada sesuatu yang mampu menyakitiku sedalam ini . Perlahan aku merasakan ada orang yang melangkah mendekat dibelakangku , saat aku menengok kebelakang dia tersenyum manis padaku namun aku tidak membalas , kenapa ? entahlah .. aku tak ingin ? mungkin , tapi lebih tepatnya aku tak yakin untuk tersenyum padanya karena mungkin aku akan goyah lagi karenanya .

Inilah ceritaku . Inilah kisahku .


~Bab 1 ~
.. Mungkin ..

Ribut ? ya , ampun .. kenapa rasanya kepalaku pusing sekali ?pluukk .. tiba – tiba ada sesuatu mengenai kepalaku , tidak keras namun tetap saja terasa .
“aduuh ..”  ternyata saat kulihat hanyalah gumpalan kertas “kertas ? siapa lagi yang melempar ? huh !” mataku mencoba menyapu seluruh ruangan untuk tahu siapa yang melempar kertas ini padaku , aku mencoba memperhatikan setiap gerak – gerik teman sekelasku , Hahh ! semuanya mencurigakan ? gimana bisa tau ? kenapa kelas ini terlihat mengerikan , semua berhamburan kemana – mana , entah apa yang merika dibicarakan ? bergosip ? mungkin , itu hal umum yang paling mungkin dilakukan.. Karena bingung siapa yang melempar kertas itu padaku , aku kembali membaca novel yang sempat tertunda.
“ Romi perlahan mendekatiku lalu memegang tanganku .. Hmm, lumayan juga ceritanya . Romantis ! “
Plaakk ..
“Aduuh .. Adel ! kamu ini jadi cewek kok kasar banget .. ”sambil memegangi kepalanya yang terkena pukul novel .
“Salahmu ..  ganggu orang. Kamu gak ada kerjaan lain?” mataku sedikit sinis memandangnya.
“Ada sih .. tapi , kan aku kangen Adel ..” katanya sambil tangannya berusaha memelukku dari belakang.
Plaakk ..
“Aduuh , kenapa tangaku dipukul , biar itu novel tetap aja sakit ..”  Ucapnya sambil memegang tangan kanannya yang terkena pukul .
“Kamu juga sih .. aneh – aneh aja ? ini sekolah , banyak yang liat tau .. 
“Hmm , aku tau . tapi , kitakan sahabat  , del . semua juga tau kok .. jadi gak masalah ..” katanya sedikit kesal.
“Yo ?” panggilku halus
“Apa ?” jawabnya ketus.
“Mukamu jelek kalau lagi marah .. hahaha”
“jelek ? katamu .. Hmm , cewekku aja gak pernah bilangin aku jelek , Del . kamu bilang aku jelek !” wajahnya seketika berubah marah . Aku hanya melihat sambil tersenyum .
“Dio .. Dio .. gak usah acting deehh , nggak ngaruh tau! ” ujarku sambil tersenyum .
“J-A-H-A-T!” sambil  kemudian berlalu meninggalkanku .
Aku hanya bisa tersenyum melihatnya pergi meninggalkanku , dasar ! memangnya dia cewek ? 



               Warna jingga menghiasi langit senja hari ini , indah ! mataku  menyapu seluruh langit senja yang luas ini . Suara burung walet yang sedari tadi berterbangan diudara menemani turunnya sang raja siang kebelahan bumi yang lain .
“Del , cepat masuk . Jangan berdiri diluar terus , sebentar lagi azan magrib .” teriak kakakku dari dalam rumah. 
Aku berjalan masuk kerumah , sebelum ibuku yang bersuara . Setelah menutup pintu , aku berjalan kedapur untuk membantu ibu dan kakakku menyiapkan makan malam.
“Del , siapkan piring dimeja makan .” pinta ibuku .
“Iya , bu .” aku langsung melangkah mengambil piring – piring dirak piring dan menyusunnya dimeja makan.
Setelah salat magrib , kami sekeluarga duduk bersama didepan meja makan untuk menikmati makan malam.  Usai makan malam , aku membantu kakakku mencuci piring . Suasana hening sampai pada akhirnya kakakku membuka percakapan .
“Del , kamu kenapa ?” tanya kak Adis padaku .
“Apanya yang kenapa ?”
“Kamu ini ? kalau sudah suka dari dulu kenapa memilih bersahabat  , hah !” ucap kak Adis . Aku hanya bisa diam saja dan tersenyum . Setelah selesai dengan urusan dapur , aku pergi kekamarku untuk melihat jadwal pelajaran besok.  Hmm , nggak ada pr ! ucapku dalam hati sambil tanganku membuka buku yang akan kubawa besok . Tiba – tiba hpku berbunyi saat kulihat ada pesan masuk , saat kubuka ternyata dari Dio
Del , temenin aku jln ?

Jalan ? dengan cepat kubalas smsnya dengan jawaban yang singkat

Kemana ?

Setelah itu , aku menyusun semua buku pelajaran untuk besok diatas meja belajarku . Saat aku akan melangkah keluar kamar hpku berbunyi lagi

Kemana aja , ayolah .. aku sdah mau kermahmu 

Sudah mau kerumah ? hah , ya ampun !

Nggak ah .. aku malas ! mau blajar

Setelah selesai mengetik pesan balasan , ada yang mengetuk pintuku .
“Del , ada Dio didepan ?” suara ibuku dari balik pintu
“ya , bu .” jawabku , ya ampun , untung pesannya belum kukirim ! orangnya sudah muncul .
Saat sampai diruang tamu ternyata Dio sedang asyik bersama ayahku membicarakan hal yang tidak aku mengerti. Ketika Dio melihatku , dia menatapku bingung.
“belum siap ?” tanyanya
“memang mau kemana ? males ah ..”
“Aduh , Adel .. Jahat ahh ,”
“Iiihhh , apa sih kamu yo ? kayak cewek aja .” ucapku sambil berjalan menuju ruang tengah
“Sudah , yo . Disini aja , nongkrong dihalaman belakang . kolam ikan om , udah jadi loh ! ” kata ayah memberitahu Dio
“Bener nih , om ? Okelah kalau gitu , Adel temenin aku dihalaman belakang yok ?” teriak Dio dari ruang tamu
“Duluan aja” jawabku dari dalam kamar
“Heh , kamu ngapain ?” tiba – tiba kepala Dio muncul dari balik pintu “cepetan , sekalian bawakan makanan  . Oke”
“Iyaaaa , sudah sana.” Usirku pada Dio . Setelah selesai memeriksa semua buku yang sudah kusiapkan tadi  , aku mulai melangkah keluar kamar menuju dapur dan mengambil beberapa snack lalu membawanya kehalaman belakang.  Begitu sampai dihalaman belakang kulihat Dio sedang berbicara di telpon dengan seseorang  , pasti laras ! ucapku dalam hati sambil berjalan menuju pondok kecil didekat kolam ikan milik ayahku. Setelah meletakkan semua snack yang kubawa , aku beranjak pergi tapi saat akan pergi Dio yang sempat melihatku menyuruhku jangan kemana – mana tanpa mengeluarkan suara. Setelah selesai menutup telponnya Dio berjalan menuju pondok tempat dimana aku berdiri.
“Siapa ? Laras ?” Tanyaku
“Iya .” jawabnya sambil duduk dan mengambil salah satu snack dan membukanya
“Ooh , mau minum apa ?”
“Jus alpukat”
“Heh ! memang rumahku cafĂ© . Serius ?” tanganku mengambil snack yang dipegang Dio
“SERIUS ADELLA MAHARANI TRIYASONO !” mengambil kembali snack yang kuambil darinya tadi
“TAPI NGGAK ADA DIO ANANDA HADIPURWANTO!! ”
“Ya sudah , air putih aja ” sambil mengusirku dengan tangannya  “Sana cepet ambil” satu tangannya mendorongku menyuruh segera pergi
“Sabaaar ” ucapku kesal lalu melangkahkan kakiku pergi menuju dapur
“Yang dingin yaa , Del” teriak Dio seraya tertawa. Begitu sampai didapur aku langsung menuju kulkas dan mengambil  sebotol besar air es . Saat akan pergi meninggalkan dapur , Dio tiba – tiba muncul dan mengambil botol air es yang kupegang.
“Lama banget , neng . Sana ambil gelasnya” seraya melangkah meninggalkan dapur.



                  Setelah menutup pintu rumah , aku  berlari kecil menghampiri kak Adis yang sudah menungguku didalam mobil . Begitu sampai dan akan membuka pintu mobil tiba – tiba terdengar suara klakson motor  disusul suara teriakan Dio , ada apa pagi – pagi begini ? tanyaku dalam hati
“Bareng aku aja ?” katanya begitu  berada tepat disampingku
“Hah ? Tumben nggak sama cewekmu ?” 
“Lagi ngambek dia gara – gara tadi malam hpku nggak aktif. Udah ah , ayooo  …. Kak Adis pergi aja ntar telat masuk kerja loh ..”
“Oh , ya sudah . Kakak pergi ya , Del .”  melambaikan tangannya sejenak dan tersenyum manis kearah kami lalu meluncur pergi meninggalkan aku dan Dio .

                  Akhirnya , mau tidak mau aku pergi dengan Dio kesekolah , sepanjang perjalanan Dio bercerita tentang Laras dan niatnya untuk putus dengan Laras. Begitu sampai disekolah aku bisa merasakan banyak mata yang memandang kami - entah hanya parno atau apa -  .  Tapi tetap saja aku benci dengan perasaan  seperti ini , sejak SMP aku selalu mendapat pandangan sinis dari cewek – cewek yang “katanya” suka sama Dio – yaah .. kurang lebih Dio di SMP dulu punya “fans club” yang menamakan diri mereka “DF” alias “Dio Forever” , sebenarnya apa sih tujuan mereka .. ya , tak jelas gitulah .. paling – paling cuma teriak histeris bak orang kesurupan kalau ngeliat Dio lewat atau saat dia lagi main basket .. bener – bener kelompok yang kurang kerjaan -  . Karena merasa tidak nyaman aku mempercepat langkahku sampai aku tidak berjalan sejajar lagi dengan Dio , Dio yang sadar dengan apa yang kulakukan langsung memperlambat langkahnya. Kenapa sih harus muncul lagi perasaan  seperti ini ? Haaah .. kenapa rasanya kelas jauh sekali ! omelku dalam hati. Begitu sampai kelas aku bergegas menuju tempat dudukku dan menjatuhkan diri disana. Nafasku serasa kejar – kejaran sampai – sampai aku harus bernafas melalui mulutku ,begitu nafasku mulai kembali normal aku baru sadar kalau kelasku masih terbilang sepi  , astaga .. kenapa aku ini ? ucapku dalam hati lalu melihat jam , hah ? ini bahkan belum jam 7 . Aku bangkit dari tempat dudukku dan berjalan perlahan keluar kelas ternyata belum begitu ramai , sepertinya tadi benar - benar hanya perasaanku saja yang berlebihan menanggapi suasana. Memang  selama di SMA aku berusaha menjaga jarak dengan Dio karena aku nggak mau sampai apa yang pernah terjadi saat SMP terulang lagi, berkali – kali dilabrak ceweknya Dio atau cewek yang lagi PDKT sama Dio karena cemburu bahkan pernah suatu kali ada kejadian yang membuat aku tidak sekolah hampir seminggu karena disiram jus tomat + telur busuk sama kakak kelas yang saat itu pacaran dengan Dio didepan ratusan penghuni sekolah – maaf bahasanya berlebihan ..- . Meskipun menurut Dio hal itu nggak perlu dipikirkan tapi buatku hal itu bukan hanya tindakan iseng tapi tindakan kriminal …. Secara judulnya aja sudah “DIPERMALUKAN” , bukan hanya fisik yang tersiksa batin juga –ampun deh .. cowok pikirannya simple banget  ck ck ck- .

                    Sepanjang pelajaran pikiranku sama sekali tidak fokus jadi tidak satupun yang dikatakan guru yang mengajar saat itu masuk dalam otakku alias masuk telinga kanan mantul lagi keluar bahkan nggak nyampe telinga kiri . Karena jam pelajaran ketiga  guru yang mengajar sedang ada urusan dinas maka saat itu jam pelajaran jadi kosong , meskipun ada tugas yang diberikan tidak ada satu anakpun yang mengerjakan mereka justru sibuk dengan urusan masing – masing alasannya bisa dikumpul besok alias penghalusan kata minggu depan .
“Del , kamu kenapa ?” tanya Sischa yang duduk disampingku
“nggak papa , Sis. Kenapa ?”
“Eh , kudengar Dio putus dengan Laras ya ?” tanya Sischa lagi dengan wajah penasaran
“Hah ? aku nggak tau juga . Kamu denger dari siapa ?”
“Ya ampuuunn , Del .. Tadi pagi katanya Dio mutusi Laras didepan anak – anak kelasnya. ”
“Kan katanya , Sis”
“Bener kok ” tiba – tiba suara Dio menjawab dari belakang , kontan kami berdua langsung menoleh kebelakang.
“Beneran , yo ?” Tanya Sischa antusias seraya pindah kesebelah Dio
“Iya , jadi lowongannya lagi kosong ” seraya tersenyum kearah Sischa lebih tepatnya senyuman menggoda –dasar Dio ..-
“Kamu nggak takut karma ?” ucapku dengan pandangan sinis kearah Dio
“Takut ?” tersenyum penuh tanya “Mungkin. Aku cuma memberikan kenyamanan sama seseorang biar orangnya nggak perlu jaga jarak lagi”
“Siapa , yo ? Sasaran baru ?” tanya Sischa penasaran
“Bukan . Adalah orang ” mata Dio langsung mengarah padaku meskipun wajahnya menghadap Sischa seolah berkata “itu kamu” yah .. anggap aja aku ge – er , tapi untungnya Sischa nggak sadar akan pandangan Dio  yang menatapku dengan ujung matanya.
“Sis , temeni aku ” bangkit dari tempat dudukku
“kemana ?” dengan nada suara malas
“udah .. ayook , bosen dikelas .. cepetan ..” tanganku langsung menarik tangan Sischa yang berdiri dengan malas
“Da daahh .. Dio” ucap Sischa genit pada Dio sambil melambaikan tangannya
“Hati – hati ” teriak Dio , setelah berhasil keluar dari kelas aku memperlambat langkahku yang sempat  terburu – buru tadi dan melepaskan tanganku yang menarik tangan Sischa , wajah Sischa menyiratkan kebingungan melihatku yang bertingkah aneh. Tapi , dia langsung mengubah ekspresi wajahnya saat melihat kakak kelas yang ditaksirnya sedang duduk makan  dikantin yang bisa ditebak habis pelajaran olahraga. Tanganya langsung menarik tanganku dan mengisaratkan untuk mempercepat langkah kami. Begitu sampai kantin Sischa langsung mengeluarkan jurus andalannya -menggoda- karena kebetulan Sischa dengan kakak kelas ini yang kalau tak salah namanya Ilham sudah cukup dekat sejak sebulan yang lalu. Alhasil , aku jadi obat nyamuk diantara obrolan mereka yang cukup lama , untungnya Ilham mendapat sms dari temannya untuk cepat kembali kekelas karena guru yang mengajar sudah ada dikelas. Wajah Sischa berubah jadi be-te saat Ilham berpamitan pada kami untuk kembali kekelas bersama temen - temennya yang duduk dimeja lain.
“Balik yookk , Del” bangkit dari tempat duduknya dengan wajah yang masih be-te
“Jangan gitu dong  mukanya Sis ... Jelek tau ..” berdiri dari dudukku lalu  tanganku mencubit kedua pipi Sischa  sambil tersenyum kecil Sischa meringis dan melepaskan tanganku dari pipinya.
“Adel aaahhhhh …..” omelnya sambil mengelus pipinya yang memerah aku hanya tertawa sambil berlari meninggalkannya yang kemudian disusul olehnya.



                    Karena besok ada bejibun ulangan mulai dari biologi , matematika ditambah sejarah kamarku persis seperti kapal pecah alias berantakannya ampun – ampun sampai – sampai aku nggak tau bagaimana harus kubereskan ? dan dimulai dari mana ? Huft .. malam ini bener – bener sibuk rasanya sebenarnya sudah dari tadi sore aku belajar tapi terpotong – potong karena harus membantu ibu menyiapkan makan malam untuk menyambut pacar kak Adis –garis bawahi bakal mantu lebih tepatnya- yang baru datang dari perjalan bisnisnya diSidney , ceritanya pacar kak Adis ini seorang pengusaha asal Jakarta yang kebetulan temen dari temen kak Adis dikantor . Mereka kenalan di Jakarta waktu kak Adis dan temennya itu lagi dinas disana dari situ kak Adis dan pacarnya yang bernama Mas Robby ini mulai deket dan pacaran tiga tahun yang lalu . Katanya sih , mereka bakalan nikah awal tahun depan kalau nggak ada halangan karena acara tunangan akan diadakan sekitar akhir tahun ini. Baiklah balik lagi kekamarku yang berantakan dan otakku yang pusing karena sudah mulai dipenuhi berbagai macam materi untuk ulangan besok. Saat asyik membaca , tiba – tiba ada orang yang mengetuk pintu lalu terdengar suara ibu yang menyuruhku keluar karena Mas Robby mau pamit pulang kerumah kakaknya yang tinggal diperumahan pupuk kaltim.
“Mas , pulang dulu yaa , Del. ” pamit Mas Robby padaku saat akan masuk kedalam mobilnya
“Iya , mas .. Hati – hati , oya .. makasih oleh – olehnya ” kataku sambil tersenyum
“iya .. Pak , Bu .. saya pulang dulu .. Assalamualaikum” Pamit mas Robby pada ayah dan ibu yang disambut hangat ayah dan ibu . Setelah mas Robby berpamitan dengan kakak –pamitan ala orang pacaran tentunya- mas Robby langsung meluncur pergi. Ayah dan ibu langsung masuk kerumah setelah menyuruh kakak mengunci pagar dan pintu rumah. Saat akan masuk , kak Adis menahan tanganku untuk tidak masuk dulu dan menyuruh aku duduk dikursi yang ada diteras.
“kenapa kak ?” tanyaku setelah duduk
“Eh , kamu marahan sama Dio ?” introgasi kak Adis dengan wajah curiga
“Apa sih , kak ? nggak kok .. aku sama Dio baik – baik aja , kakak nanyanya kayak aku sama dia pacaran aja .. udah aahh , aku musti belajar nih buat ulangan besok” aku berdiri dari kursi dan akan beranjak pergi masuk kedalam rumah.
“Tapi , bukan nggak mungkinkan , Del? Kemungkinan itu ada loh .. sapa tau suatu saat perasaanmu terjawab ? apa lagi kamu suka sama Dio dari belum sahabatan sama dia .. iya kan ?” kak Adis ikut berdiri disampingku.
Aku terdiam memikirkan kata – kata kak Adis , Kemungkinan ?  pikirku.
“….. Mungkin ….” Jawabku ragu lalu pergi masuk kedalam rumah.

### 

Maaf kalau tulisannya kacau atau ceritanya kurang menarik. Tapi, ku harap siapapun yang berminat membacanya, aku benar - benar berterima kasih. Sebenarnya udah ada lanjutannya cuma mau publish yang ini dulu, heheee .....